Rabu, 06 Januari 2010

tugas akhir mpdm

1. ERRA ISLAMIC BOARDING SCHOOL
2. Sekolah ERAT ISLAMIC BOARDING SCHOOL “EIBS” adalah program berkesinambungan dengan jenjang waktu 2 tahun dan diharapkan akan terlahir lulusan yang:
● Beraqqidah benar dan berakhlaq al karimah diatas nilai Al Qur’an dan As Sunnah.
● Memiliki semangat keilmuan dan keislaman yang tinggi, ikhlas, qona’ah (sederhana) dan berkreatifitas tinggi.
● Memiliki derajat potensial dan prestasi akademik yang baik sehingga diterima diberbagai perguruan tinggi berkualitas baik didalam maupun luar negeri (>90%).
● Memiliki dasar kecakapan dalam kepemimpinan dan manajemen dalam menghadapi dan menjawab tantangan masa depan.
3. Program pendidikan yang ditawarkan :
 Program utama
a. Kelompok Mata Pelajaran
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa struktur dan muatan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
4) kelompok mata pelajaran estetika; dan
5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Cakupan setiap kelompok mata pelajaran untuk jenjang SMP/MTs :
No Kelompok Mata Pelajaran Cakupan
1. Agama dan Akhlak Mulia Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
2. Kewarganega-raan dan Kepribadian Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
5. Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

b. Muatan Lokal
Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2005 tentang standar isi disebutkan bahwa sebuah institusi pendidikan harus memiliki studi yang bersifat muatan lokal yang disesuaikan dengan potensi daerah dan berorientasi global. Oleh sebab itu Sekolah ERAT ISLAMIC BOARDING SCHOOL “EIBS” menentukan mata pelajaran Bahasa Daerah, Tahfiz Qur’an, Kaligrafi dan English Conversation sebagai mata pelajaran muatan lokal.
c. Kegiatan Pengembangan diri (BK dan Eskul)
Kegiatan pengembangan diri di Sekolah ERAT ISLAMIC BOARDING SCHOOL “EIBS”, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik, dan kondisi sekolah.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
d. Bimbingan dan Konseling
Memberikan bimbingan pribadi ; Menyelenggarakan tes penempatan kelas; Melakukan kunjungan rumah; Melakukan tes kecerdasan (IQ test); Memberikan bimbingan studi lanjutan.
e. Ekstra Kurikuler:
Pramuka; Paskibra ; Bola Volli; Marawis ; Qasidah ; Seni Membaca Al Qur’an (Tilawatil Qur’an); Badminton; Bimbingan Belajar; Teathre; Bela Diri; Rohis.
f. Kegiatan Pembiasaan
1. Pembiasaan rutin
Merupakan proses pembentukan akhlaq dan penanaman/ pengamalan ajaran Islam.
Adapun kegiatan pembiasaan meliputi:
Sholat Berjamaah; Pengajian Pagi hari; Upacara Bendera; Tadarus, Tahsin, dan Tahfidz Qur’an; Pembinaan Tilawah Qur’an dan Rohani Islam; Infaq Hari Senin dan Jum’at; Solat dhuha.
2. Pembiasaan Terprogram
Merupakan proses pembentukan akhlaq dan penanaman/ pengamalan ajaran Islam.
Adapun kegiatan pembiasaan meliputi:
1. Kegiatan Keagamaan
Gema Muharam; Maulid Nabi Muhammad SAW; Isra Mi’raj; Pesantren Ramadhan; Pelaksanaan ’Idul Qurban; Pengumpulan dan penyaluran zakat Fitrah; Malam Pembinaan Iman dan Taqwa (MABIT) atau Muhasabah.
2. Kegiatan Keteladanan
Pembinaan Ketertiban Pakaian Seragam Anak Sekolah (PSAS); Pembinaan Kedisiplinan; Penanaman Nilai Akhlak Islami; Penanaman Budaya Minat Baca
5. Penanaman Budaya Keteladanan
Penanaman Budaya Bersih Diri; Penanaman Budaya Bersih Lingkungan Kelas dan Sekolah; Penanaman Budaya Lingkungan Hijau; Peringatan Hari Bumi dan Lingkungan Hidup.
3. Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme
2.1 Peringatan Hari Kemerdekaan RI
2.2 Peringatan Hari Pahlawan
2.3 Peringatan Hari Pendidikan Nasional
2.3.1 Seminar Pendidikan
2.3.2 Bedah Buku
4. Pekan Kreativitas Siswa
3.1 Lomba Kreativitas dan Karya Cipta
3.1 Ekskul on the road
5. Pembinaan dan Bimbingan bagi Calon Siswa Teladan dan Siswa Peserta Olimpiade MIPA
6. Outdoor Learning & Training
5.1 Kunjungan Belajar
5.2 Outbound
7. Kegiatan Bhakti Sosial
7.1. Kunjungan ke terhadap siswa dan guru yang terkena musibah
7.2. Membantu korban bencana alam yang terjadi di Indonesia
7.3. Memberikan santunan terhadap siswa miskin dan warga di sekitar madrasah yang termasuk kaum dhu’afa pada hari-hari tertentu, seperti; menjelang Iedul fitri, bulan Muharram dam Iedul Qurban
7.4. Kerba Bakti sosial dengan membersihkan lingkungan madrasah serta masjid/musholah yang dekat dengan madrasah.
7.5. Memberikan sembakomurah dan sembako gratis kepada kaum dhuafa sekitar madrasah.
7.6. Khitanan masal.
4. Alasan
Pada dasarnya program yang saya terapkan adalah sebuah program yang lebih dominan terhadap lingkungan sekitar, yaitu dengan menerapkan kontekstual learning. Program teknologi lingkungan yang diterapkan disini adalah mengkombinasi antara teknologi dengan keadaan lingkungan sekitar, disamping itu juga tujuan dari program sekolah ini adalah membuat siswa lulusan sekolah ini menjadi berdayaguna dilingkungan masyarakat. Jadi, setelah mereka lulus diharapkan untuk membangun sistem teknologi informasi di lingkungan yang kurang atau belum terjamah oleh teknologi agar menjadi lingkungan yang modern dan berdaya saing dalam segala hal khususnya teknologi.
5. Kriteria siswa yang bisa mendaftar
 Harus memiliki motto yang kuat, karena disekolah ini tidak hanya belajar di dalam kelas, akan tetapi pada saat di asrama (luar kelas) pembelajaran tetap dilakukan secara tidak formal.
 Bersedia jauh dari orang tua dalam jangka waktu yang lama.
 Siap mental.
 Nilai bahasa inggris di sekolah dasar minimal 8.00
 Nilai UN sekolah dasar minimal 8.00 (rata-rata)
 Memiliki kegemaran dibidang teknologi dan Agama Islam.

6. Strategi yang dilakukan untuk menjaring siswa
 Membuat brosur dan pumflet disetiap sekolah
 Mengumpulakn seluruh kepala sekolah (perwailan sekolah) dalam sebuah pertemuan seminar perekrutan siswa baru dengan menjelaskan segala fasilitas dan output yang akan diterima.
 Membuat blog, website dan apapun di internet untuk mempermudah pendaftaran, sehingga tidak ada alasan untuk calon siswa mengeluh karena rumitnya proses pendaftaran.

7. proses dan alat seleksi yang akan digunakan serta kriteria kelulusan
proses seleksi yang dilakukan :
 seleksi berkas
 kesehatan
 psikotes (tes akademik)
 wawancara
alat seleksi yang digunakan adalah :
 seperangkat alat kesehatan
 satu bundel soal untuk tes psikotes
 ruangan yang cukup besar untuk pelaksanaan tes (untuk tes akademik dilakukan pada waktu yang bersamaan dan dalam satu ruangan).
Kriteria lulusan :
Calon peserta didik dikatakan lulus apabila, semua kelengkapan persyaratan telah dipenuhi, dan semua proses tes dari mulai seleksi berkas sampai wawancara telah dilakukan dan semuanya lulus, maka calon peserta didik tersebut dinyatakan lulus dan berhak untuk menjadi siswa di sekolah ERRA ISLAMIC BOARDING SCHOOL.

Minggu, 03 Januari 2010

pertemuan 16

Pertemuan 16
Program pendidikan layanan anak cerdas berbakat istimewa

Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai perubahan dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif. Bahkan menurut clark (1986) kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari keberbakatan.

Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan bahkan sementara ahli berpendapat bahwa sifat-sifat anak berbakat itu bercirikan culture bound (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian, ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan ini, sebagai berikut : (1) Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan; (2) Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan di mana seseorang yang berbakat itu hidup.
Jadi pengertian bakat istimewa lebih menekankan kepada minat, kemampuan dan bakat siswa diaspek psikomotor baik berupa seni maupun olah raga. Walaupun pada kenyataannya sangat dimungkinkan ada siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat yang istimewa. Sementara siswa cerdas istimewa lebih bernuansa akademis dengan adanya salah satu indikator prasyarat IQ diatas 130.

Beberapa indikator deteksi dini seorang siswa memiliki bakat istimewa dibidang seni maupun olah raga adalah tentang pengetahuannya dibidang yang digeluti, minat dan motivasi, produk/hasil karya dan sensitifitas/sensibiltas-nya dalam mengapresiasi hasil karya.

Indikator diatas diperkuat oleh adanya prestasi yang dianalisa tingkat kesukaran dan kompetitornya dalam setiap kompetisi yang diikuti. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran layanan ini adalah siswa yang benar-benar memiliki minat, bakat, motivasi dan prestasi yang sangat tinggi dibidangnya masing-masing.

Untuk melaksanakan layanan pendidikan terhadap anak berbakat istimewa, sekolah memang juga tidak semestinya berbuat serampangan, asal jadi dan sekedar mencari sensasi, apalagi untung rugi. Kalau itu yang terjadi maka bukan hanya akan rugi sendiri, merugikan masyarakat, dan yang lebih membahayakan adalah lahirnya siswa anak bangsa dari salah asuh. Dampaknya tidak hanya sekedar individu, namuan juga jiwa bangsa itu sendiri.

Untuk itu maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh sekolah yang akan melaksanakan layanan terhadap siswa bakat istimewa, diantaranya : Standarisasi siswa berbakat istimewa masih belum ada yang baku sehingga dikhawatirkan apabila guru yang melakukan seleksi tidak memahami perbedaan antara siswa berbakat dan berbakat istimewa, maka input program keberbakatan akan menjadi bias. Berbeda dengan layanan cerdas istimewa, walaupun masih menjadi perdebatan, namun alat ukur yang secara umum diterima adalah psikotest dengan standar IQ,TC dan EQ yang telah ditetapkan pula ; Bentuk layanan yang akan dilaksanakan, apakah berbentuk sekolah bakat istimewa, kelas bakat istimewa atau bentuk inklusi. Sekolah khusus bakat akan sulit dilaksanakan oleh sekolah yang telah mapan menjadi sekolah umum. Sekolah umum akan lebih mudah melakukannya dalam bentuk kelas khusus, yaitu melakukan pengelompokan siswa bakat istimewa dari siswa lainnya untuk menerima materi keberbakatan lebih banyak ketimbang pelajaran lainnya. Atau siswa akan tetap belajar bersama dengan siswa lainnya namun di jam tertentu mereka akan dipisah untuk menerima materi keberbakatan yang lebih intensif ; sumber daya manusia pelaksana, guru pada umumnya belum dipersiapkan untuk menjadi pelatih profesional. Guru dipersiapkan dengan materi baku dan standar umum yang terangkum pada kurikulum nasional. Dimana materi lebih menekankan pada keterampilan dasar saja, sehingga sekolah belum dapat secara maksimal mencetak atlet, seniman dan produk yang menggambarkan kemampuan siswa itu sendiri. Namun hal tersebut bisa disiasati dengan melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan non formal yang ada disekitar sekolah misalnya, sanggar seni, klub olah raga atau seniman local ; Sarana prasarana pendukung, berbicara fasilitas berarti bicara anggaran yang cukup besar. Padahal sarana untuk siswa berbakat istimewa tidak hanya terbatas pada kelas dan segala alat pendukungnya, namun juga sarana keberbakatan itu sendiri, seperti sanggar, aula, alat musik, alat seni lainnya dan tenaga pengajar. Sementara dipihak lain, lembaga pendidikan non formal akan sulit melakukan kerjasama apabila hal tersebut akan merebut pasar mereka sebagai sanggar atau klub. Karena yang dilayani ini bukan siswa biasa, maka memang keberadaan sarana prasaran menjadi sesuatu yang mutlak. Anggapan ”memanfaatkan apa yang ada” hanya akan menjadi kendala perkembangan bakat mereka. ”memanfaatkan apa yang ada” mungkin bisa dilaksanakan pada siswa reguler atau kelas dengan bakat rata-rata, namun untuk siswa bakat istimewa hal tersebut tidak bisa dilakukan ; Kurikulum, materi untuk kelas bakat istimewa. Masih menjadi perdebatan pada saat workshop layanan bakat istimewa tingkat nasional yang diselenggarakan di Jogja tanggal 10-13 Maret 2009 yang lalu, apakah muatan keberbakatannya itu harus 100% dengan menyerahkan aspek lainnya di luar jam sekolah atau dengan komposisi 70% materi keberbakatan dan 30% materi umum. Perbedaan komposisi ini akan otomatis merubah kurikulum yang telah ada sekarang ini. Dengan adanya KTSP, maka peluang sekolah dan guru untuk melakukan penyesuaian kurikulum bukan lagi masalah.

pertemuan 15

Pertemuan 15
Kepemimpinan siswa

Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimipinan ; Menurut John Piffner, Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan
mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki
(H. Abu Ahmadi, 1999:124-125), Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24), Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281), Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertent (Slamet, 2002: 29), Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7), Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29), Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).

Adapun proses yang harus dilalui oleh seorang siswa untuk menjadi pemimpin adalah keikutsertaan pada LDKS yang diadakan oleh masing-masing sekolah. Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa / LDKS adalah sebuah pelatihan dasar tentang segala hal yang berkaitan dengan kepemimpinan. Pelatihan ini biasanya yang diberikan oleh Pengurus OSIS lama kepada calon Pengurus OSIS baru, baik untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas (untuk LDK tingkat sekolah menengah). Pelatihan dasar yang diberikan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepemimpinan kepada Pengurus OSIS baru yang nantinya akan menjadi pemimpin dari seluruh kesatuan OSIS dari sekolah yang bersangkutan

LDKS biasanya diberikan dalam 2 bagian yaitu LDK Fisik dan LDK Mental. Pemberian materi dari kedua jenis LDK ini biasanya diberikan di waktu dan tempat yang berbeda. Untuk LDK Mental, yang menjadi pemberi materi bukanlah lagi para Pengurus OSIS lama melainkan Dewan Guru, Pembina OSIS, Kepala Sekolah serta Guru Psikologi dan Konseling dari sekolah yang bersangkutan, atau bisa juga dengan cara menyewa dari suatu Lembaga Psikologi Independen. LDK Fisik biasanya diberikan di sekolah dalam waktu 3-5 Hari penuh, sedangkan LDK Mental biasanya diberikan di luar kota dalam waktu 2-4 hari.

pertemuan 14

Pertemuan 14
Organisasi siswa dan mahasiswa

Pada materi 14 ini, di bahas mengenai materi yang cukup dinamis, krena semuanya tergantung dari siswa itu sendiri yang mengalaminya, jika siswa tersebut dapat membagi waktu dengan aktivitasnya yang lain maka akan berdampak positive, dan jika tidak maka yang terjadi adalah sebaliknya.

Pengertian organisasi adalah Sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan sebagai suatu sistem, karena organisasi terdiri dari beberapa sistem yang saling berhubungan. Jika ada satu sistem yang terganggu, maka sistem lainnya juga akan terganggu. Sebagai contohnya, adalah organisasi sekolah, komponennya terdiri dari siswa, guru, dan fasilitas sekolah. Jika guru tidak masuk sekolah, dikarenakan sakit atau ada hal lain yang menyebabkan guru itu tidak dapat hadir di sekolah, maka siswa akan terganggu, dan itu akan menghambat proses pembelajaran, ketika guru tidak masuk, dan fasilitas sekolah yang seharusnya dapat digunakan pada hari itu menjadi tidak dapat digunakan. Suatu organisasi juga harus dapat terkoordinasi dengan baik. Sebagai contohnya lagi kepala sekolah harus mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dan tugas guru ketika sedang melaksanakan proses mengajar di kelas, sehingga guru dapat melakukan proses pembelajaran dengan lancar. Pengertian siswa adalah peserta didik yang ada di sekolah untuk ditransfer ilmu oleh para pembina (guru).

Pada pembahasan ini saya mempresentasikan tentang hubungan prestasi siswa dengan keaktifan siswa yang mengikuti organisasi. Saya mengambil artikel tentang dampak negative dari organisasi siswa, pada artikel ini di bahas mengenai pengaruh positive dari keaktivan siswa yang mengikuti ekstrakulikuler. Dengan artikel yang telah saya posting. Pada dasarnya artikel yang saya buat adalah setiap keaktivan siswa akan berpengaruh baik dan positive jika siswa yang mengikuti organisasi tersebut dapat membagi dan memilah waktu untuk aktiv dan belajar di kelas.

pertemuan 13

Pertemuan 13

PENGEMBANGAN KESISWAAN DAN EKSTRAKURIKULER

Proses pengembangan siswa di sekolah sangatlah penting, oleh Karena itu sekolah sebagai agen pendidikan sekaligus agen perubahan haruslah mengeksplor kemampuan siswa melalui kegiatan yang bermanfaat, salah satu langkah yang paling tepat dilaksanakan di sekolah adalah pengembangan ekstrakulikuler pada setiap siswa agar mereka memiliki kemampuan lain selain akademis. Pengertian kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran biasa yang dilakukan di sekolah/luar sekolah untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah secara berkala dan terprogram. Kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Ekstrakurikuler menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

Adapun tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah : Memberikan pengayaan kepada siswa yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk menjadi manusia seutuhnya ; Menambah pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk memanfaatkan potensi lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya ; Mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai kemanusiaan, ketekunan, kerja keras dan disiplin melalui kegiatan ekstrakurikuler ; Menanamkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan dan perilaku hidup sehat secara jasmani dan rohani ; Menanamkan kemampuan meneliti dan mengembangkan daya cipta untuk menemukan hal baru ; Menanamkan nilai-nilai gotong royong, kerjasama, tanggungjawab dan disiplin ; Memberikan bekal kemampuan berorganisasi melalui kegiatan di sekolah dan di luar sekolah ; Memberikan bekal keterampilan praktis yang diperlukan siswa untuk hidup di masyarakat, mencukupi kebutuhannya sendiri maupun membantu kebutuhan orangtuanya.

Fungsi yang terdapat dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler meliputi Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yaitu sebagai berikut: Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS),Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA) ; Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian ; Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan ; Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam kegiatan Ekstra Kurikuler meliputi pertama, Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing. Kedua, Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik. Ketiga,Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh. Keempat, Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik. Kelima, Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. Keenam, Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. Dari paparan diatas telah terbukti bahwa sebenarnya penerapan pengembangan ekstrakulikuler di sekolah sangatlah penting utnuk kehidupan siswa di dalam maupun di luar sekolah, karena dengan ekstrakulikuler semua siswa dapat dibentuk karakter dan kepribadiannya dalam hidup bersosial.
Pertemuan 12

pertemuan 12

Pertemuan 12
Wawasan Wiyata Mandala

Sering kita dengar kata wawasan wiyata mandala sebagai salah satu materi yang sering kali diberikan pada awal perkenalan sekolah, didalamnya terdapat beberapa pengetahuan mengenai keadaan lingkungan sekolah dan segala sesuatu yang terdapat di sekolah tersebut. Pada dasarnya wawasan wiyata mandala adalah Suatu wawasan proses pembudayaan tata kehidupan keluarga besar, dimana para anggotanya merasa ikut memiliki, melindungi dan menjaga citra dan proses wibawa tersebut. Suatu lingkungan dimana terjadi proses koordinasi, proses komunikasi, tempat saling bekerja sama dan bantu membantu. Dengan memperhatikan kondisi sekolah dan masyarakat dewasa ini yang umumnya masih dalam perkembangan, maka upaya pembinaan kesiswaan perlu diselenggarakan untuk menunjang perwujudan sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala.

Berdasarkan surat Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah nomor :13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 perihal Wawasan Wiyatamandala sebagai sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasra dan Menengah, Departemen pendidikan dan kebudayaan, mengeterapkan Wawasan Wiyatamandala yang merupakan konsepsi yang mengandung anggapan-anggapan sebagai berikut.

Sekolah merupakan wiyatamandala (lingkungan pendidikan), sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan selain bidang pendidikan. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dalam lingkungan sekolahnya, yang harus berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk: meningkatkan ketakwaan teradap Tuhan yang maha Esa ; meningkatkan kecerdasan dan keterampilan ; mempertinggi budi pekerti ; memperkuat kepribadian ; mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Antara guru dengan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama yang baik untuk mengemban tugas pendidikan. Para guru, di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, harus senantiasa menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (dipercaya) dan ditiru, betapapun sulitnya keadaan yang melingkunginya. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, namun harus mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang sadar atau tidak, dapat menimbulkan pertientangan antara kita sama kita. Untuk mengimplementasikan wawasan Wiyatamandala perlu diciptakan suatu situasi di mana siswa dapat menikmati suasana yang harmonis dan menimbulkan kecintaan terhadap sekolahnya, sehingga proses belajar mengajar, kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler dapat berlangsung dengan mantap. Upaya untuk mewujudkan wawasan Wiyatamandala antara lain dengan menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar, pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler, serta menciptakan suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan yang mantap.

wawasan wiyatamandala dapat diwujudkan dengan beberapa cara, antara lain: Menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar (learning society) ; Pembinaan OSIS, dalam kegiatan-kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, juga ; Menciptakan, suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan. Beberapa metode diatas merupakan sebagian dari teknik dalam mewujudkan siswa agar mengetahui keadaan dilingkungan sekitar sekolah tersebut, wawasan wiyata mandala dapat diwujudkan dengan banyak cara dan memiliki lingkup yang cukup luas.
Wawasan Almamater
Alma mater, atau kadang-kadang ditulis tersambung sebagai almamater, Almamater adalah istilah dalam bahasa Latin yang secara harafiah berarti "ibu susuan". Penggunaan istilah ini populer di kalangan akademik/pendidikan untuk menyebut perguruan tempat seseorang menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Walaupun sering dipakai di kalangan pendidikan tinggi, istilah ini sebetulnya pernah dipakai di masa Romawi Kuno untuk menyebut dewi ibu dan di kalangan Kristen Eropa Abad Pertengahan dipakai untuk merujuk Perawan Maria.
(Sumber Kep. MENDIKBUD No. 0319/U/1983 tanggal 22 Juli 1983)
Wawasan Almamater adalah konsepsi yang mengandung anggapan-anggapan sebagai berikut : Perguruan Tinggi harus benar-benar merupakan lembaga ilmiah, sedang kampus harus benar-benar merupakan masyarakat ilmiah ; Perguruan Tinggi sebagai Almamater (Ibu Asuh) merupakan suatu kesatuan yang bulat & mandiri dibawah pimpinan Rektor sebagai pimpinan utama ; Keempat unsur Sivitas Akademika, yakni Pengajar, Karyawan Administrasi, Mahasiswa serta Alumnus harus manunggal dengan Almamater, berbakti kepadanya dan melalui Almamater mengabdi kepada rakyat, bangsa dan negara dengan jalan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi ; Keempat unsur sivitas akademika dalam upaya menegakkan Perguruan Tinggi sebagai lembaga ilmiah dan kampus sebagai masyarakat ilmiah melaksanakan Tri Karya, yaitu :Institusionalisasi (pembentukan institusi-institusi), Profesionalisasi (proses memantapan profesi-profesi), Transpolitisasi (mempelajari politik, politicking) ; Tata krama pergaulan di dalam lingkungan Perguruan Tinggi dan kampus di dasarkan atas azas kekeluargaan serta menjujung Tinggi keselarasan dan keseimbangan sesuai dengan pandangan hidup Pancasila.
Trikarya
Sub 4 Wawasan Almamater adalah :
Institusionalisasi
Institusi adalah Suatu proses atau kelompok yang sangat terorganisasi ( ada spesifikasi yang cermat daripada peranan dan hubungan antar peranan bagi yang bersangkutan), tersistematisasi (ada spesifikasi yang cermat daripada apa yang dapat dan harus dilakukan), dan mantap (eksistensi proses atau kelompok tidak tergantung pada hadirnya individu-individu tertentu, sedangkan organisasi dan sistematisasi cenderung untuk tidak berubah-ubah dalam jangka waktu yang lama ).
Institusionalisasi adalah pembentukan institusi-institusi.
Profesionalisasi
Profesi adalah bukan sekedar pekerjaan atau vacation, melainkan merupakan suatu vakasi yang khusus, yang mempunyai ciri-ciri : Expertise (keahlian), Responsibility (tanggung jawab), Corporateness (kesejawatan).
Profesionalisme adalah proses memantapan profesi-profesi.
Transpolitisasi
Mengandung dua hal : Kegiatan mempelajari politik untuk memperoleh kesadaran politik untuk kemudian melangkah terus dan melakukan kegiatan ilmiah guna melaksanakan keputusan-keputusan politik yang diambil secara sah oleh seluruh rakyat melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat ; Jika ingin melakukan politicking tidak boleh mengatasnamakan Almamater dan harus diluar lingkungan kampus.
Wawasan Wiyata Mandala dan Wawasan Almamater sangatlah erat dengan ciri khas sekolah yang membuatnya berbeda dan warga sekolah pun merasa bangga menjadi bagian dari warganya. Sebutlah SMA Pangudi Luhur, Brawijaya, Jakarta Selatan yang hanya diperuntukkan bagi peserta didik putra, dan jika nilainya bagus (rata-rata di atas 7,5) diperbolehkan untuk berekspresi ala remaja masa kini semisal rambut gondrong dan sepatu bebas. Bagaimana sekolah memberikan bargaining position kepada peserta didik untuk memilih pilihannya sendiri dengan konsekuensi-konsekuensi yang tentunya sepadan. Stimulus ini membuat siswa termotivasi secara baik dari luar. Atau SMA Tara Kanita yang terkenal dengan sekolah wanita karena seluruh muridnya adalah wanita. Kita bisa lihat lagi SMA Kanisius, bekas sekolah Ade Rai, Akbar Tandjung, Fauzi Bowo dan Soe Hok Gie, yang memiliki ketegasan luar biasa kepada muridnya perihal akademik dan kejujuran, yakni bila didapati siswa mencontek atau mendapat nilai di bawah 6, siswa akan dikeluarkan dari sekolah. SMA Xaverius 1 Palembang yang kental dengan kedisiplinannya dan mengambil suster/biarawati sebagai pengajarnya. SMA Gonzaga yang terkenal dengan apresiasi seni yang tinggi, siswa laki-lakinya pun diperbolehkan berambut panjang (gondrong) namun perihal prestasi akademik, tidak perlu ditanya. Nurul Fikri atau Al-Azhar yang merupakan sekolah bernafaskan ISLAM juga memliki ciri khas yang membedakannya dengan sekolah yang lain. Dimana pengelolaan peserta didik dilakukan dengan tata cara dan pendekatan spiritual.
Hal-hal semacam inilah yang membuat sekolah berbeda, memiliki karakter dan ciri khas, yang membuat seluruh keluarga besar sekolah mencintainya, menjaganya sehingga tumbuh rasa memiliki yang tinggi dan kebanggaan terhadap sekolah. Kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, alumni bahkan tukang lontong sayur yang berjualan pun akan menjawab dengan bangga ketika ada orang bertanya “kerja dimana?” atau “sekolah dimana?” atau “ngajar dimana?” atau “alumni mana?” atau “dagang dimana?”

artikel materi organisasi siswa, dampak positiv ..

BHAYANGKARA PADMANABA
Bhayangkara Padmanaba pada awalnya bukanlah sebuah ekstrakurikuler. Kedudukannya pada saat itu adalah sejajar dengan OSIS dan MPK. Namun seiring berjalannya waktu , Bhayangkara Padmanaba akhirnya dijadikan sebuah ekstrakurikuler.

Bhayangkara Padmanaba bukanlah ekstrakurikuler biasa. Anggota - anggota dari Bhayangkara Padmanaba merupakan siswa - siswi yang terpilih. Mereka haruslah siswa - siswi yang berpotensi , bertalenta , dan berdedikasi tinggi. Perekrutan anggota Bhayangkara Padmanaba dilakukan selama kegiatan PPLB berlangsung. Pada saat itulah dilihat , dipilih , dan diseleksi mereka - mereka yang berpotensi , bertalenta , dan berdedikasi tinggi. Hingga terbentuklah 2 buah peleton inti Bhayangkara Padmanaba. Digemblenglah 1 peleton inti putra dan 1 peleton putri itu fisik maupun mental mereka agar menjadi bhayangkara yang tangguh bagi Padmanaba. Sampai pada saat pengukuhan itu tiba, saat itulah mereka ditarik janji mereka untuk mau berdedikasi penuh untuk Padmanaba. Sejak saat itu juga mereka mulai menjalankan tugas mereka menjadi Bhayangkara Padmanaba.
Dengan penuh semangat orang - orang terpilih itu menjalankan tugasnya. Mereka harus memiliki sifat kooperatif dengan anggota yang lain. Mereka dituntut untuk dapat saling bekerja sama satu sama lain , harus dapat saling memahami satu sama lain. Orang - orang itu harus bisa menyatukan macam - macam pandangan dan visi mereka masing - masing. Dari sikap itulah rasa kekeluargaan diantara anggota - angogota Bhayangkara Padmanaba mulai terpupuk. Bhayangkara Padmanaba tumbuh dari hanya sebuah ekstrakurikuler menjadi sebuah keluarga. Keluarga besar Bhayangkara Padmanaba.
Sebagaimana dengan predikat bukan ekstrakurikuler biasa , Bhayangkara Padmanaba telah banyak menorehkan prestasi bagi Padmanaba. LBB merupakan ajang pembuktian Bhayangkara Padmanaba menorehkan prestasi. Telah banyak piala yang dapat kita bawa pulang. Bahkan tak jarang kita menguasai kategori perlombaan LBB.
Itulah Bhayangkara Padmanaba , sebuah ekstrakurikuler penuh prestasi , sebuah keluarga yang penuh dengan pelajaran hidup yang berharga… VIVA BHAYANGKARA PADMANABA !!!!

BHAYANGKARA PADMANABA
Bhayangkara Padmanaba atau yang lebih dikenal dengan Bhapad adalah pleton inti dari SMA Negeri 3 yogyakarta. Bhapad jika dilihat sepintas memanglah hanya sebuah pleton inti yang isinya hanyalah orang-orang yang suka berbaris. Namun jika dilihat lebih jelas lagi maka tampaklah dengan jelas bahwa Bhapad adalah sebuah keluarga besar, yang beranggotakan orang-orang aktif istimewa yang telah diakui oleh padmanaba. Hal ini terbukti dari aktifnya anak-anak Bhapad mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Anak-anak Bhayangkara Padmanaba yang mendominasi OSIS dan MPK. Selain itu anak-anak Bhapad juga aktif mengikuti ekskul yang ada di SMA Negeri 3 Yogyakarta , terbukti hampir semua ekskul yang ada berisi paling tidak 2 anak anggota Bhapad.

Seseorang yang pada awalnya hanyalah seorang bocah cupu ketika bergabung dengan Bhapad maka ia menjadi seseorang yang berbeda dan lebih baik, karena di Bhapad ia mendapatkan banyak hal penting terutama tentang kekeluargaan. Hal inilah yang merubah bocah tadi dari cupu menjadi bocah yang aktif.
Bhayangkara Padmanaba mengajarkan berbagai macam hal kepada anggotanya antara lain mengajarkan tentang keberanian, kekeluargaan, semangat tak kenal lelah, kekompakan, strategi, kesempurnaan, dan tentu saja yang harus diajarkan yaitu baris-berbaris. Ajaran yang diajarkan oleh para mahaguru dan murid-muridnya ini telah membawa Bhapad menjadi juara di berbagai ajang lomba baris-berbaris. Dominasi Bhapad di berbagai ajang lomba baris-berbaris telah mengangkat nama Bhapad menjadi terkenal di sekolah lain dan diantara para juri lomba. Bukti paling jelas terlihat pada saat lomba baris-berbaris para juri langsung membenarkan posisi duduknya saat Bhapad masuk pos dan ketika Bhapad melakukan kesalahan sedikit maka anggota peleton inti SMA lain langsung bersorak. Di sinilah para anggota Bhapad dituntut untuk tidak melakukan kesalahan sekalipun atau dengan kata lain sempurna.
Namun jangan anggap anggota Bhapad adalah orang yang luar biasa dan sempurna karena meskipun Bhapad memang hebat, namun ada kelemahanya yaitu banyak anak-anak Bhapad yang merasa sudah hebat sehingga mereka merasa tidak perlu berlatih lagi. Hal ini dibuktikan dengan tulisan saya barusan yang mengatakan Bhapad memang hebat.
Bhayangkara Padmanaba sendiri memiliki kekurangan lainya yaitu Bhapad tidak mempunyai ruangan khusus untuk Bhapad terutama untuk menyimpan piala yang sudah membukit.
Bhayangkara Padmanaba ke depanya harus bisa lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang lampau dan terutama memperbaiki kesombonganya.
Oleh: Prabhu Salya dari mandrake

MEMBENTUK PRIBADI YANG TANGGUH MELALUI BHAPAD
Dewasa ini, telah banyak terjadi perpecahan di antara mereka yang awalnya bersatu. Kadang kala berawal dari masalah yang sepele yang berbuntut pada kerugian di berbagai pihak. Mungkin orang akan merasa heran mengapa kebersatuan yang telah lama terjalin dapat berakhir seperti itu. Salah satu wahana untuk menggalang persatuan adalah dengan mengikuti organisasi. Sebagai generasi muda, kita harus terlatih tidak hanya dalam segi ilmu pengetahuan saja tetapi juga aktif dalam pergaulan sosial. Bukankah segala bentuk ilmu yang kita pelajari bertujuan untuk menghadapi kehidupan yang akan datang? Sebelum kita dapat terjun di masyarakat, kita harus dapat melatih kemampuan bersosialisasi melalui organisasi. Hal ini bertujuan agar kita dapat sedini mungkin mengenal “medan”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi ialah kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) dalam perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu atau kelompok kerja sama antara orang-orang yg diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Adalah Bhayangkara Padmanaba, suatu organisasi yang menonjolkan pentingnya kerja sama dan kepemimpinan. Bhapad menjunjung tinggi tali persaudaraan antar anggotanya sehingga dapat terjalin hubungan baik yang mengakar kuat dalam keluarga PADMANABA.
Bhapad berisi warga Padmanaba terpilih untuk mengharumkan nama SMA 3. Anggota Bhapad yang mengemban tugas ini, bukan hanya anggota peleton yang bertugas pada masa itu, tetapi juga termasuk para alumni Padmanaba yang senantiasa siap siaga membantu apabila dibutuhkan. Adanya rasa solidaritas dari setiap angkatan ini tentu terbentuk dari sifat kekeluargaan yang tertanam kuat di benak warga Padmanaba. Oleh karenanya, Bhapad selalu dapat mempertahankan eksistensinya dalam meraih juara.
Untuk bisa membentuk kesatuan peleton yang baik, dibutuhkan kebersamaan di setiap latihannya. Namun untuk memupuk kebersamaan, diperlukan waktu yang relatif lama. Oleh karenanya setiap anggota Bhapad harus mampu menyediakan waktu yang cukup untuk memupuk kebersamaan tersebut, tanpa harus mengorbankan tujuan lainnya. Dengan kata lain, setiap anggota Bhapad harus dapat mengatur waktu dengan baik agar tidak mengganggu pelajaran. Sebab, seringkali latihan Bhapad menyebabkan kelelahan yang menyebabkan siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar.
Tiada gading yang tak retak. Demikian juga Bhapad. Organisasi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di Bhapad, siswa dilatih untuk disiplin, menghargai waktu, mengutamakan kepentingan bersama, solidaritas, bertanggung jawab serta melatih kepemimpinan. Sebagai imbasnya, siswa harus waspada terhadap tidak stabilnya nilai akibat seringnya latihan. Namun semua itu membuat anggota Bhapad tertantang untuk bisa menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.
oleh: Bianda Dwida Pramudita

FAKTA DIBALIK BHAYANGKARA
Bhayangkara Padmanaba,sebuah bagian dari Kerajaan Padmanaba yang besar.Bhayangkar Padmanaba.Mari kita cari definisi daripada Bhayangkara itu sendiri.Mari kita coba membuka kamus besar bahasa Indonesia.Satu,dua,hem…. Nah itu dia.Bhayangkara…Dalam kamus tertulis arti daripada Bhayangkara itu sendiri adalah penjaga atau pengayom.
Jadi sebenarnya,bhayangkara bukan berarti pasukan baris-berbaris,melainkan lebih mengarah kepada kata-kata penjaga.Jadi bila dikaji dari namanya sendiri,Bhayangkara Padmanaba berarti pelindung Padmanaba.Jadi bila ada seseorang berkata bahwa Bhayangkara Padmanaba adalah tonti milik Padmanaba,itu tidak sepenuhnya benar.Bhayangkara Padmanaba tidaklah sesimpel itu.Bhayangkara Padmanab jauh lebih kompleks.
Bhayangkara Padmanaba menurut definisi saya adalah sebuah pasukan kesatuan penjaga Padmanaba yang memiliki rasa kekeluargaan yang kental.Bila Bhayangkara Padmanaba tidak ada rasa kekeluargaan di antara anggotanya,Bhayangkara Padmanaba bukan lagi Bhayangkara Padmanaba,hanya sepasukan tonti biasa.
Sekarang saya akan membahas keistimewaan Bhayangkara Padmanaba daripada pasukan tonti di SMA lain.Pertama,jelas bahwa Bhayangkara Padmanaba adalah sebuah pasukan penjaga.Yang kedua,Bhayangkara Padmanaba memiliki ikatan rasa kekeluargaan yang sangat kuat.Yang ketiga,Bhayangkara Padmanaba memilki ikatan yang sangat kuat dengan alumninya.Yang keempat,Bhayangkara Padmanaba begitu tersistem dengan baik sekali.Latihan sedikit,namun efisien.Hasil daripada latihan yang sedikit itu ternyata mampu menghasilkan hasil yang optimal.
Walaupun akhir-akhir ini prestasi tidak selancar saat dahulu,namun aliran prestasi masih dalam batas yang wajar.Meskipun begitu,bagi saya pribadi belum puas dengan prestasi Bhayangkara Padmanaba yang sekarang.Bhayangkara Padmanaba masih berpotensi untuk terus berkembang dan maju menjadi Bhayangkara Padmanaba generasi juara.
Dan setelah membahas hal ini,saya ingin mengkaji tentang tugas sosial atau tanggung jawab sosial yang selama ini berhasil dikerjakan dengan baik dan dikoordinir dengan rapi.Fakta bahwa tugas Bhayangkara Padmanaba bukan hanya berlomba demi piala,namun juga memiliki tanggung jawab sosial.Contoh bila ada kerabat guru yang meninggal,dengan tangkas Bhayangkara Padmanaba mengerahkan pasukan tanpa ragu.
Jadi,jelas bukan fakta bahwa Bhayangkara Padmanaba adalah lebih dari sebuah tonti biasa.Sayang sekali baru segelintir anggota Bhayangkara Padmanaba yang mampu memaknai makna Bhayngkara Padmanaba yang sebenarnya.
Yah,cukup sekian dari say,kata-kata terakhir dari saya adalah
BHAKTI VIDYA KSHATRIYA TAMA.
JAYA..JAYA PADMANABA.
HIDUP PADMANABA
HIDUP PADMANABA..
HIDUP PADMANABA

BHAYANGKARA PADMANABA
Peleton Inti (TONTI) bukanlah nama yang asing di telinga pelajar khusunya di DIY baik tingkat SMP maupun SMA. Hampir di tiap sekolah, peleton inti ini ada dan eksis sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Anggota dari peleton inti sendiri berasal dari siswa-siswi yang telah terpilih melalui beberapa tahap seleksi. Tentunya, standar dan bentuk seleksi bagi calon anggota berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Hal ini bertujuan untuk menyaring anggota peleton inti yang benar-benar unggul.
Bhayamgkara Padmanaba (Bhapad) sendiri merupakan nama dari peleton inti SMA Negeri 3 Yogyakarta. Mengapa Bhayangkara Padmanaba? Bhayangkara dapat diartikan penjaga,pengawal; sedangkan Padmanaba merupakan nama kebanggaan dari SMA Negeri 3 Yogyakarta. Sekilas, orang akan menafsirkan Bhapad sebagai kelompok penjaga sekolah. Penafsiran ini jelas sangat dangkal dan mungkin dipengaruhi oleh subjektifitas seseorang. Apabila ditafsirkan lebih jauh, arti penjaga di sini bermacam-macam. Pertama, penjaga nama baik sekolah. Anggota Bhapad diharapkan dapat menjaga dan mengharumkan nama baik almamater. Hal ini tercermin dalam perilaku keseharian dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Kedua, sebagai penjaga stabilitas di lingkungan sekolah. Anggota Bhapad diharapkan mampu menjaga stabilitas dalam kegiatan keseharian di sekolah. Apabila terdapat suatu permasalahan, maka penyelesaian dilakukan dengan pendekatan terbaik.
Tugas utama dari peleton inti adalah baris-berbaris. Tetapi berbeda dengan Bhayangkara Padmanaba. Bhayangkara Padmanaba tidak hanya mengedepankan kegiatan baris berbaris, tetapi juga mengedepankan pembentukan karakter dari anggotanya. Anggota Bhapad dituntut untuk menjadi seorang yang aktif dalam kesehariannya, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Contoh nyata keaktifan anggota Bhapad dapat dilihat dari partisipasi dalam organisasi kesiswaan (OSIS) dan kepanitiaan kegiatan. Selain itu, banyak anggota Bhapad yang memiliki prestasi dalam bidang akademik (misalnya olimpiade sains dan karya ilmiah) dan non akademik (misalnya pencak silat, basket, dan musik).

BHAYANGKARA PADMANABA – MENJAGA, BERSATU, KELUARGA

Jika sendiri kita bukanlah apa-apa, namun dengan bersatu kita akan membentuk dan menghasilkan sesuatu. Entah dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun gembira. Meski debu menampik wajah, keringat menghujani diri. Tetap, persaudaraan tak akan hilang meski diterpa badai cobaan. Inilah Bhayangkara Padmanaba harapan, cita, cinta, perjuangan, kerja keras, kesatuan, dan keluarga.

Bhapad. Merupakan singkatan dari Bhayangkara Padmanaba, yang memiliki makna, Bhayangkara yang artinya penjaga/menjaga, dan Padmanaba yang secara etimologis bermakna Padma: teratai merah dan naba : pusat. Merupakan sebuah simbol penjaga dari padmanaba, atau yang sering dikenal sebagai “3bhe” atau SMA N 3 Yogyakarta. Bhapad adalah suatu bagian dari Padmanaba. Bhapad beranggotakan siswa siswi SMA N 3 Yogyakarta, dan merupakan wakil dari setiap angkatan. Dan pada tahun ini mulai menjadi kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah.
Untuk menjadi seorang Bhapad tidaklah mudah, melalui tahap seleksi yang dimulai dari PPLB (Pekan Pengenalan Lingkungan dan Baris-berbaris), dan diadakan setiap tahun sekali tepatnya setelah kegiatan MOS ( Masa Orientasi Siswa ).
Untuk menjadi “the real Bhapad”, juga bukanlah hal yang mudah. Walaupun telah terpilih, pada saat itu masih berupa “caBhapad” ( calon Bhayangkara Padmanaba ) dan belum dilantik. Setelah terpilih seleksi, anggota-anggota Bhapad mendapatkan materi-materi dasar baris-berbaris, bagaimana menempatkan diri dalam barisan, tata krama, dsb. Dalam tahap ini dibutuhkan semangat, sugesti, niat dan keteguhan hati. Karena bagi beberapa orang yang baru mendapatkan materi baris-berbaris, tahap ini adalah tahap yang sulit. Banyak hal yang harus dicapai, mulai dari teori, hingga ke praktek. Dari yang mudah, hingga yang sulit. Namun dari hal inilah tumbuh rasa bersatu, utuh, kekeluargaan. Banyak pribadi,sifat dan individu yang berbeda dan unik yang menciptakan warna di dalamnya. Hingga tiba akhirnya pada saat pelntikan yang ditunggu. Dan pada saat iniliah, resmi caBhapad menjadi BHAPAD, dan bergabung dalam keluarga besar Bhayangkara Padmanaba.
Hingga saat ini, Bhayangkara Padmanaba mencapai di titik 65 (angkatan saat ini). Dan melakukan persiapan dalam penyeleksian anggota untuk Bhayangkara Padmanaba 66.
Bhapad sendiri telah memberikan prestasi-prestasi terbaiknya untuk Padmanaba. Menjuarai PPI kota serta PPI Propinsi 3 tahun terakhir ini serta menjadi juara umum. Menjadi revolusi dan gebrakan-gebrakan baru di 3 tahun terakhir.Selain itu, Bhapad juga telah mengirimkan putra putri terbaiknya, menjadi paskibraka, baik di tingkat kota , propinsi, maupun nasional. Hal yang sangat membanggakan yang telah diberikan untuk Padmanaba.

BHAYANGKARA PADMANABA
BHAYANGKARA PADMANABA atau sering disebut dengan Bhapad. Sebuah ekstrakurikuler ternama yang dimiliki oleh SMA N 3 Yogyakarta atau Padmanaba. Beranggotakan siswa-siswi terpilih yang telah diseleksi secara ketat berdasarkan kemampuan baris-berbaris pada awal tahun ajaran.

Ekstrakurikuler tersebut sangat diminati oleh sebagian besar siswa-siswi Padmanaba, karena pesonanya yang begitu berwibawa dan penuh dengan segudang prestasi. Kesan pertama yang timbul ketika kita melihat barisan Bhayangkara Padmanaba melangkah bersama, adalah rasa kagum pada kewibawaan yang terbawa oleh alunan suara hentakan kaki dan ayunan ketegasan tangan yang dikeluarkan oleh pasukan daripada Bhapad itu sendiri.
Senyum manis penuh wibawa yang terpancar dari para anggotanya ketika berbaris, serta langkah yang begitu penuh dengan ketegasan akan membuat kita semakin bertanya apa yang sebenarnya diperoleh dan dimiliki oleh pasukan Bhayangkara Padmanaba.
Tak hanya ketegasan yang penuh dengan kewibawaan, namun segudang prestasi nyata pun telah mereka dapatkan untuk mempertahankan dan meningkatkan nama besar Padmanaba, khususnya Bhayangkara Padmanaba, baik di tingkat kota maupun provinsi.
Selain itu, kita dapat melihat ikatan kekeluargaan yang begitu terikat erat dalam keanggotaan Bhapad. Rasa tepa slira yang begitu tinggi terlihat dari kekompakan yang terjalin di antara mereka. Peduli pada kawan, dan tidak memilih serta memilah terhadap kawan adalah jiwa yang dimiliki oleh seorang anggota Bhayangkara Padmanaba.
Di lingkup SMA N 3, ekstrakurikuler ini mendapat perhatian khusus karena tugasnya yang tidak hanya sekedar berbaris, namun juga menjadi “gardu” terdepan bagi keamanan daripada Padmanaba. Bhapad juga berperan dalam pengiringan disaat salah satu dari keluarga besar SMA N 3 meninggal dunia. Begitu besar tugas seorang Bhayangkara Padmanaba, sehingga keanggotaannya pun tidak dapat disepelekan begitu saja.
Prestasi yang telah diukir oleh Bhapad selalu membuahkan kebanggaan bagi Padmanaba terlebih bagi anggotanya sendiri. Padmanaba akan menjadi sebuah dinding yang kokoh dengan adanya Bhayangkara Padmanaba. Karena kekokohan yang ada pada sebuah dinding akan bergantung pada kualitas bahan penyusun di dalamnya. Dan dengan segala hal positif dan membanggakan yang terdapat dalam Bhayangkara Padmanaba, akan mendukung Padmanaba untuk menjadi sebuah istana yang kokoh dengan segala macam kebudayaan, perbedaan, dan cita-cita di dalamnya.

artikel materi organisasi siswa

pertemuan 11

Pertemuan 11
Kreativitas dan Kecerdasan Emosional

Pada awal pertemuan salah satu mata kuliah di semester 3 manajemen pendidikan regular 2008, salah satu dosen pernah mengatakan hal yang sama dengan dosen manajemen peserta didik yaitu “Sebelum masuk kedalam pembahasan tentang kreatifitas, pahami dulu apa konsep dasar dari kreatifitas itu sendiri”
Ada beberapa ahli yang mengemukkan tentang Konsep dasar dari kreativitas :
Menurut Olson, kreativitas itu merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau berkreasi. Setiap manusia diberikan akal pikiran untuk dapat mencerna sesuatu hal-hal sehingga timbul suatu hasil yang diciptakan dari pemikiran kreatif tersebut.
Menurut Churlock, Kreativitas itu adalah proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, baik gagasan maupun objek dalam suatu bentuk susunan baru. Menciptakan suatu ide baru merupakan suatu tolak ukur konsep dasar kreativitas yang dimiliki sesorang.
Menurut Evan, kreativitas itu adalah keterampilan untuk menemukan sesuatu yang baru. Memandang subjek dari perspektif yang baru, dan membentuk kombinasi yang baru dari 2 atau lebih suatu konsep. Menurut pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa kreativitas itu dapat dilihat dari bagaimana mengkombinasikan suatu gagasan atau ide-ide baru yang dikeluarkan dalam 2 konsep atau lebih, yang berbeda.

Ada juga yang mengatakan bahwa Kreativitas juga memiliki suatu pola dasar yaitu :
I = Imajinasi
D = Data
E = Evaluasi
A= Aksi

Arti dari kata-kata tersebut adalah imajinasi yang ada dalam pikiran akan membuat seseorang membuat suatu data/ide, gagasan baru, sebelum imajinasi itu di terjemahkan dalam suatu bentuk tindakan maka harus di pertimbangakan dulu, diperiksa di evaluasi apa-apa saja yang hendak dilakukan. Selanjutnya adalah beraksi/melakukan imajinasi kita.

Seorang yang kreatif itu memiliki cirri-ciri yaitu bebas dalam berpikir, penuh daya imajinasi, bersifat selalu ingin tahu, suka pengalaman baru, penuh inisiatif, bebas dalam berpendapat, punya minat yang luas, percaya diri akan apa yang dilakukan, tidak mudah menerima dengan apa yang disuguhkan orang kepadanya sehingga ia selalu mencari suatu cara-cara baru, berani mengambil resiko, menyukai tugas yang majemuk, sifatnya ulet dan yang terakhir, orang kreatif itu tidak cepat merasa bosan bahakan bila ia sedang asik dengan dunianya, ia bisa dijuluki dengan anak autis. Namun, semua cirri itu kecil kemungkinannya untuk dimiliki oleh satu orang, karena setiap orang memiliki batas kemampuan tersendiri untuk menyerap ilmu dalam kehidupan, meskipun begitu orang tersebut akan tetap disebut sebagai orang yang kreativ.

Penyebab dari rendahnya kreativitas adalah terlalu menekankan pada cara berpikir yang konvergen (menggangap ada jawaban atau 1 cara yang tepat untuk digunakan dalam menterjemahkan imaji itu) dan kurang wawasan yang luwes tentang bagaimana data yang sudah dihasilkan dari imaji di laksanakan secara tepat.

Daya dari kreativitas itu bisa melemah karena takut mengubah kebiasaan, takut berbuat salah dan ditertawakan, dan tidak memiliki rasa humor. Selanjutnya kreativitas pun bisa ditingkatkan dengan cara : Sebagai manusia yang diberikan akal pikiran, jelajahilah pikiran kita secara terus menerus dan terbika dengan berbagai gagasan ; Mengembangkan pertanyaan, karena dengan begitu dapat membentuk kita untuk berpikir tidak biasa dengan pemikiran yang ada ; Kembangkan gagasan sebanyak-banyaknya
Pak amril said : “The best way to get good ideas is to get a lot of ideas”
Artinya, cara yang terbaik untuk mendapatkan suatu idea tau gagasan adalah untuk mendapatkan ide yang lebih banyak lagi. ; Mengembangkan cara baru untuk melakukan sesuatu keluar dari zona AMAN. Berani mengambil resiko dengan apa yang akan dilakukan. Carilah cara-cara baru untuk mentranslatekan imaji kita dari hal-hal yang biasa atau yang aman-aman saja. ; Gunakan imajinasi, bayangkan bagaimana orang yang sudah sukses melakukan sesuatu yang kini membuatnya sukses. ; Isilah sumber inspiratif dengan releksasi

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kunci dari keberhasilan seseorang untuk berkreasi adalah harus yakin dulu bahwa kita itu kreatif, setiap apapun yang kita lakukan pasti mempunyai keyakinan pada hal tersebut, apabila seseorang tidak merasa yakin dengan apa yang akan dilakukan maka hanya ragu yang akan timbul. Merasa diri tidak kreatif maka bias mengakibatkan seseorang benar-benar tidak kreatif, padahal setiap orang bisa kreatif asal tahu kuncinya (tahu bagaimana melakukannya). Kedua, Ekspresikan kreativitas dalam pekerjaan dan kehidupan. Artinya memiliki metode-metode baru dalam menerapkan perlakuan kita dalam hidup dan bekerja yang muncul dari hasil pemikiran baru yang inovatif. Ketiga, Munculkan jiwa kekanak-kanakan. Jiwa anak-anak itu bebas, tak ada tata kenormalan yang membatasi pikiran kita dengan orang dewasa. Termasuk berpikir tidak masuk akal, tidak normal dan tidak wajar. Dengan begitu kita akan mendapat ide-ide yang lebih berbeda. Keempat, Hilangkan berpikir logis. Membebaskan pikiran kita atau imaji kita dari sesuatu yang bisa diterima oleh akal pikiran biasa. Cara yang terlihat dari tindakan orang kreatif yaitu Lakukan sesuatu yang tidak biasa. Kelima, Charge pikiran kita, mencari hal-hal baru dalam pikiran kita dari hal yang biasa. Bisa dengan cara baca buku dan lihat keluar(jalan-jalan, refreshing ke suatu tempat, mendengarkan pengalaman orang lain). Dengan begitu kita memiliki kegiatan rutin jika pikiran sedang buntu dan mendapatkan ide atau gagasan baru. keenam, Tuliskan segera ide yang sedang muncul agar kita tidak cepat lupa. Karena terkadang yang biliant itu hanya datang hanya 1 kali ketika mood itu sedang bagus. Dan yang terakhir, apa yang kita inginkan “percaya bahwa anda bisa melakukannya”

Kecerdasan Emosional

Sebelum kita masuk kedalam materi kecerdasan emosional maka kita harus mengetahui arti/makna dari kedua kata tersebut yaitu cerdas dan emosi, namun dalam hal ini emosi sangatlah berpengaruh terhadap pembahasannya. Menurut pandangan awam (orang dulu), emosi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang negativ, sehingga muncul anggapan tentang orang-orang yang emosional, jika terlihat ada orang yang suka marah atau situasi perasan cepat sekali berubah. Sedangkan dalam pandangan atau pola pikir konvensional bahwa emosi seringkali dianggap sebagai penghambat dalam kehidupan manusia. Dari pandangan-pandangan tersebut kita mendapat gambaran tentang emosi. Emosi menggambarkan perilaku, respon atau psikologis mengatur perasaan yang timbul karena adanya keinginan atau stimulus yang tidak terduga. Emosi pun muncul sebagai tanggapan individu atas suatu kejadian dalam lingkungan. Emosi seringkali memotivasi tindakan-tindakan, misalnya seorang anak kecil yang sedang marah, dia akan mendorong atau menendang benda yang ada di sekitarnya.

Lalu apakah ada hubungannya dengan EQ, EQ merupakan kemampuan dalam keterampilan bakat, minat dan sikap. Dan EQ juga dapat membentuk kemampuan dalam mengenali perasaan. Dalam sebuah temuan menggambarkan, kecerdasan intelektual itu diukur dengan IQ yang menyumbangkan 20% bagi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% lainnya disumbang oleh kecerdasan lainnya seperti kecerdasan emosional.

EQ memiliki dimensi, pertama, kecakapan pribadi berhubungan dengan kemampuan mengenali diri sendiri, sadar diri, pengaturan diri dan motivasi diri). Kedua, kecakapan social berhubungan orang lain seperti Empati dan keterampilan social/interaksi dengan orang lain. Dalam kesadaran diri, mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, potensi diri dan intuisi. Kesadaran emosi merupakan mengenali emosi diri sendiri dan pengaruhnya dalam diri kita. Penilaian diri secara teliti mampu mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri. Percaya diri pun merupakan kesadaran diri yang meyakinkan kita tentang harga diri dan kemampuan diri. Dalam pengaturan diri, berhubungan dengan pengolaan kondisi impuls (kata hati) dan sumber daya diri. Pengaturan diri ada kendali diri, sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptasibilitas dan inovasi (menerima dan terbuka dari ide baru). Dalam motivasi diri, berhubungan dengan emosi yang mengatur atau memudahkan peralihan sasaran seperti dalam motivasi mencetak prestasi.

Selanjutnya, empati berhubungan dengan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain. Contohnya adalah memahami orang lain, orientasi pelayanan, mengembangkan oranglain dan mengatasi keragaman. Lalu adapula dimensi EQ yang lain yaitu keterampilan social berhubungan dengan kepandaian dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain. Seperti pengaruh dari pendapat oranglain dengan yang akan terjadi pada diri kita, lalu dalam berkomunikasi antar sesama, membangkitkan inspirasi dan memadukan orang lain dan berhubungan dengan katalisator memulai dan mengelola perubahan.

translate

Catatan dan transkrip
Catatan selama dikontrol oleh struktur, kehadiran, dan apa yang harus ditulis dalam transkrip

7,1 model
Bukan hanya format catatan mahasiswa yang telah berubah dalam beberapa dekade terakhir: itu adalah sangat fungsi mereka. Catatan dari kehidupan akademis mahasiswa tidak hanya alat referensi untuk membantu tenaga pendidik dan memberikan informasi yang memadai untuk dewan penguji. Catatan, atau lebih tepatnya korpus semua catatan mahasiswa, adalah sebuah alat manajemen, digunakan untuk perencanaan, pemasaran, kontrol kualitas, 'liga tabel' dan semua statistik lain tanpa lembaga-lembaga pendidikan yang modern merasa mereka tidak dijalankan sesuai dengan tujuan.
Metode tradisional perekaman secara manual tidak lagi cukup fleksibel untuk tantangan modern ini; keuntungan dari datangnya sistem catatan komputer canggih menyediakan fleksibilitas yang diperlukan untuk hal ini (meskipun mereka tergugah untuk membuat model lain: bahwa permintaan untuk statistik seperti muncul hanya karena mereka bisa diproduksi). Demikian pula, kemampuan sistem catatan terkomputerisasi tersebut difasilitasi (didorong?) oleh struktur yang lebih fleksibel. Struktur saat ini sangat bervariasi (lihat Bab 3), dan tempat yang berbeda menuntut sistem catatan yang menyertainya, melainkan membantu menjadi efisien (dan biaya-efektif) pengelolaan sistem seperti variasi tidak terjadi terlalu banyak atau terlalu sering.
System catatan dapat diatur dalam berbagai cara. Kebanyakan sistem yang ditetapkan sebagai database komputer. Faktor yang akan digunakan dalam menentukan yang terbaik untuk hardware dan software yang digunakan adalah tidak dibahas lebih lanjut dalam buku ini, sebagai teknologi informasi yang tersedia berkembang sangat cepat bahwa pedoman yang dikeluarkan satu tahun dapat benar-benar keluar dari tanggal sebelumnya.
Sistem yang terbaik dapat memberikan pandangan tentang catatan dari berbagai sudut. Elemen utama administrasi mahasiswa perlu dilihat pada tingkat kursus, modul / tingkat unit dan tingkat mahasiswa. Jika struktur saja cukup kaku, kursus berbasis record sering memadai; dalam skema modul yang berat dan mahasiswa berbasis catatan akan dibutuhkan, dan akan menjadi satu-satunya cara yang masuk akal pengorganisasian itu jika murid kursus yang akan menyebar ke seluruh jangka waktu yang tidak tentu (lihat Bab 3). Hal ini menimbulkan isu-isu tertentu untuk validasi program (lihat bagian 7.4).
Pertemuan di kebutuhan internal catatan sayangnya hanya bagian dari cerita. lembaga-lembaga yang didanai pemerintah wajib menyampaikan hasil statistik secara berkala, sering lebih dari sekali setahun. Lembaga tidak memiliki kontrol atas isi atau format dari hasil ini; sedikit hal-hal ini jika informasi yang dicari di kompatibel dengan lembaga-lembaga apa yang akan mengumpulkan tetap, tetapi itu tidak selalu terjadi. Badan-badan ini dapat mengklasifikasikan siswa kursus dan dengan cara yang tidak memenuhi kebutuhan internal: misalnya, kategorisasi sederhana 'sarjana' dan 'pascasarjana' (lihat Bab 3, bagian 3.5) atau tidak jelas penggunaan istilah 'full - time 'dan' part-time '. Jika badan-badan perundang-undangan mengkategorikan informasi dengan cara yang kurang rinci daripada kebutuhan internal, hal ini dapat ditangani oleh penggabungan kode internal sebelum mengirimkan kembali; ketika perbedaan adalah cara lain, dan tuntutan lembaga data dalam cara yang lebih rinci daripada yang diperlukan secara internal, institusi akan menemukan bahwa ia harus melakukan pekerjaan yang telah ada gunanya, semata-mata untuk memenuhi kebutuhan statistik kembali. Ini, bersama dengan kecenderungan badan-badan ini untuk mengubah definisi setiap tahun, adalah beban yang tak diinginkan. Kadang-kadang lembaga sendiri tidak punya pilihan lain kecuali untuk membuat perubahan, karena mereka harus memenuhi tuntutan pemerintah, dan harus mengubah definisi dan kategori dalam terang kasus pengadilan (misalnya, jika sebuah kasus hubungan ras, tidak terkait dengan pendidikan , menyebabkan reklasifikasi dari kelompok etnis). Setiap perubahan ini memerlukan pencatatan sesuai bagian-bagian penting dari sistem catatan, sering hanya dapat diubah lagi pada tahun berikutnya.
Lembaga donor juga mempengaruhi cara di mana catatan dikelola, atau kategori yang dikodekan, jika kebijakan tersebut diubah pada bagaimana siswa lembaga yang didanai: misalnya, oleh kepala-count, dengan penuh waktu kesetaraan, dengan cara belajar, menurut subyek wilayah-kursus atau modul belajar. Seluruh struktur dapat dibangun dalam lembaga untuk menangani pendanaan kategori yang menghilang tahun berikutnya. Semua perubahan ulang ini tidak hanya mempengaruhi cara di mana catatan dikelola (reprogramming, pelatihan, direvisi dokumentasi, dll), tetapi juga memakai sebagian besar waktu staf yang lebih baik digunakan untuk mendidik siswa.
7,2 yang merupakan catatan, dan yang mengelola mereka?
sebagaimana disebutkan di atas, alasan karena memiliki catatan sendiri dapat bervariasi: mereka dapat (dan harus) melayani kebutuhan lembaga, pemerintah, badan hukum, akademis dan dukungan departemen dan, terakhir namun paling tidak, masing-masing siswa. Pembagian perbedaan ini (dan kadang-kadang bertentangan) tuntutan mempengaruhi cara pemeliharaan catatan yang terorganisasi, dan siapa yang bertanggung jawab untuk memastikan kebenarannya. Sistem yang terbaik memastikan bahwa mereka yang membutuhkan mengandalkan data juga mereka yang bertanggung jawab untuk memastikan keakuratan data: itu banyak gunanya jika, misalnya, masuknya informasi biaya siswa prioritas rendah untuk bagian dari lembaga yang masuk, atau jika, di sisi lain, tutor yang membutuhkan modul akurat daftar kursus dan merasa bahwa itu bukan tanggung jawab mereka untuk mengambil daftar hadir. 'kepemilikan' dari data sangat penting. Terbaik 'pemilik' dari data adalah siswa sendiri-mereka telah kehilangan sebagian besar jika catatan mereka adalah salah, dan harus ditempatkan dalam posisi bukan hanya untuk mengubah data yang tidak akurat dengan mudah tetapi juga diperlukan untuk memastikan bahwa mereka berubah.
Konseptual 'kepemilikan' dari data tidak hanya masalah menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk memperbaharui, erat terkait dengan struktur manajerial lembaga. Sentralisasi pemerintahan dapat ditampilkan jauh dan tidak simpatik dengan kebutuhan siswa, dan juga kadang-kadang untuk departemen akademik dan staf administrasi. Tentu saja mereka dapat muncul mengintimidasi siswa dengan cara yang tidak sesuai dengan staf departemen. Ini bukan masalah sikap, lebih penting adalah keakraban, karena siswa telah jauh lebih besar interaksi dengan staf kantor setempat. Pentingnya ini cukup banyak ketika datang untuk membuat siswa merasa bahwa mereka memiliki kepemilikan data tentang mereka. Jika siswa merasa bahwa satu-satunya alasan untuk menjaga data yang up to date adalah begitu memuaskan 'pusat', tidak ada insentif untuk melakukannya, jika mereka merasa bahwa mereka menyebabkan masalah bagi staf administrasi yang mereka bertemu setiap hari mereka mungkin berusaha lebih keras.
Pesan utama untuk siswa yang mendapatkan data adalah bahwa mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data tentang mereka pada sistem yang benar. Ini tidak hanya berarti hal-hal yang hanya mereka ketahui, seperti alamat mereka saat ini, tetapi semua data. Esensi memastikan bahwa data siswa yang benar adalah untuk memberikan siswa tanggung jawab atas ketepatan. Ini sering melibatkan interaksi dengan mereka mengenai hal-hal seperti alamat, silabus / modul, kursus tanda, kehadiran, catatan dll
Pertanyaan yang pada gilirannya ini meningkatkan adalah apakah siswa harus memiliki kemampuan untuk mengubah catatan sendiri. Untuk pertanyaan akademis jawabannya harus tetap 'tidak', tetapi kurang jelas bahwa ini harus dilarang untuk barang-barang pribadi seperti alamat rumah dan jangka waktu; sayangnya, mengakui, godaan sifat manusia, jawabannya masih harus 'tidak' bahkan untuk ini, kalau-kalau ada kecenderungan untuk mengubah alamat ke tempat yang tidak akurat tepat sebelum faktur untuk biaya dibayarkan untuk diproses. Pendekatan yang terbaik adalah memberikan siswa akses ke hampir semua catatan mereka, lebih baik on-line, untuk memudahkan bagi mereka untuk pertanyaan mereka dan minta mereka dikoreksi dan di atas semua untuk menerima bahwa jika mereka tidak melakukannya sehingga mereka tidak bisa mengeluh atau naik banding jika salah keputusan didasarkan pada data yang salah yang seharusnya mereka diperiksa. Menempatkan tanggung jawab pada siswa ini meningkatkan perasaan mereka 'kepemilikan' dari data, dan dengan demikian harus meningkatkan akurasi, ke saling menguntungkan siswa dan lembaga-lembaga itu sendiri.
Jadi kebutuhan konstituen dari tiga lembaga yang berbeda:
• Siswa perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan hasil yang benar untuk kursus;
• Departemen perlu mengelola kelompok tutorial, esai tenggat waktu, penempatan kerja, informasi karir, penyakit dan kehadiran (banyak dari item yang dibutuhkan oleh departemen singkat atau jangka pendek hanya relevansi);
• Pusat administrasi harus memastikan bahwa perundang-undangan pengembalian adalah akurat dan tepat waktu, informasi manajemen adalah aman dan komprehensif, dan sumber daya dengan benar dan adil didistribusikan ke departemen.
7,3 apa yang terjadi dalam catatan?
Telah ada banyak usaha untuk merancang atau memaksakan suatu format standar untuk catatan siswa pada semua lembaga. Beberapa inisiatif telah pemerintah, sebagian di antaranya sudah kolaborasi lokal, beberapa upaya telah dilakukan oleh suatu lembaga atau badan komersial yang tajam percaya 'bahwa solusi internal akan berlaku untuk semua orang lain. Semua tampaknya bernasib buruk. Faktor-faktor eksternal seperti lembaga statistik memang memberlakukan tingkat tinggi konsistensi pada apa yang sistem catatan harus menghasilkan, tetapi mereka tidak bisa memaksa institusi, untuk sampai pada data ini dalam cara tertentu. Semua lembaga, baik universitas atau perguruan tinggi, memiliki otonomi tingkat tinggi tentang manajemen dan administrasi mereka, yang pada gilirannya menentukan bagaimana catatan mereka akan terstruktur. Untuk kecuali banyak institusi untuk dapat menggunakan sistem manajemen catatan identik hanya karena mereka 'bisnis' adalah sama seperti mengharapkan semua toko tinggi untuk menggunakan perangkat lunak personil yang sama hanya karena mereka beroperasi dengan cara yang serupa dan harus menyerahkan jenis yang sama dari pajak.

Lembaga statistik akan menentukan banyak bidang di catatan, dan banyak dari nilai-nilai pengkodean untuk bidang-bidang (meskipun, seperti tercantum dalam bagian 7.1, hal ini tidak mengesampingkan lembaga memiliki lebih rinci kode jika mereka mau, asalkan mereka dapat dengan mudah dipetakan pada nilai-nilai perundang-undangan). Dalam kerangka ini, bagaimanapun, kebutuhan yang tepat akan bervariasi dari lembaga ke lembaga, dari kursus kursus dan dari tahun ke tahun, terutama karena badan-badan perundang-undangan mengubah persyaratan mereka setiap tahun.
Untuk alasan ini, buku ini tidak akan membahas secara rinci informasi apa yang harus disimpan dalam catatan. Namun, satu hal yang telah lama tradisional harus dipertanyakan dalam konteks perubahan struktur dan pendanaan tentu saja metode: konsep 'tentu saja' itu sendiri (lihat Bab 3). Banyak perundang-undangan dan pendanaan kembali bergantung pada konsep 'apa yang tentu saja mahasiswa itu pada tahun ini', yang mengandaikan pola normal studi penuh waktu yang terdaftar bernama tertentu saja; seorang mahasiswa dukungan keuangan dapat bergantung pada definisi agak sewenang-wenang modus studi dan kursus.
Bahkan konsep 'berhasil menyelesaikan' tidak jelas dalam suatu sistem pendidikan yang terus-menerus memperbarui. Catatan mungkin harus terus hidup selama mahasiswa tetap memiliki kelayakan untuk melanjutkan studi lagi dalam tahap dalam perjalanan atau di update 'top-up' saja. Ini tidak sepenuhnya fenomena baru, karena beberapa profesi memiliki tradisi panjang terus-menerus memperbarui profesional, tapi mendorong skema modular dalam cara yang jauh lebih luas.
Karena ini, kursus dan catatan mereka mungkin harus terstruktur dalam suatu cara yang tidak diperlukan untuk lembaga, hanya untuk cocok dengan persyaratan pelaporan. Beberapa statistik yang tidak kembali dengan baik dengan sepenuhnya mengatasi skema modul, sistem yang memfasilitasi atau bahkan mendorong 'jembatan dan tangga, antara jalur dan tahapan program. Bahkan metode tradisional dapat membuat catatan yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya .
7,4 validasi
Kunci konsekuensi dari faktor-faktor yang dijelaskan di atas adalah bahwa hal itu membuat hampir tidak mungkin bagi sistem catatan untuk memeriksa seorang individu mahasiswa program modul / unit untuk memastikan itu adalah set yang valid studi untuk kualifikasi yang harus dipelajarinya. Tradisional, relatif tetap kursus ini mudah; yang lebih mendekati struktur modular sepenuhnya skema yang kurang bermakna ini terjadi.
Ini tidak berarti bahwa mahasiswa tidak bisa mengharapkan bantuan dalam merancang program-program studi yang akan memimpin mereka ke arah penghargaan yang mereka cari: itu hanya menjadi lebih rumit. memang, validasi semacam itu sebenarnya lebih penting dalam struktur yang fleksibel, untuk menghindari siswa mencapai akhir studi mereka hanya untuk menemukan bahwa mereka telah melewatkan komponen kunci dan berakhir dengan penghargaan yang berbeda dari apa yang mereka harapkan, atau tanpa penghargaan di semua.
Ada dua cara untuk mendekati dasar ini, masing-masing yang layak namun dalam hal menuntut pemeliharaan catatan jalurnya dan modul struktur:
(a) Modul mana yang diperlukan untuk memahami bagian ini?
Siswa bertujuan untuk penghargaan bernama tertentu dapat dikatakan yang modul mereka perlu telah berlalu, dan bagaimana yang ditelusuri kembali melalui prasyarat untuk memetakan modul-modul wajib untuk setiap tahun studi, sedangkan sisanya dari program studi tersebut dapat diisi dengan modul sesuai dengan selera siswa sendiri. Hal ini relatif mudah diimplementasikan pada sebuah sistem komputerisasi, karena mulai dari yang didefinisikan dengan baik datum (judul program studi) dan bekerja kembali melalui prasyarat.
(b) judul program studi mana yang modulnya layak saya cari?
Siswa memilih berbagai modul dalam mata pelajaran yang mereka merasa tertarik, dan bertanya yang penghargaan ini bisa mengakibatkan. Hal ini dapat sangat kompleks untuk melaksanakan, karena itu berarti mencari seluruh database tentu saja struktur untuk melihat siapa di antara mereka yang kompatibel dengan siswa menyatakan pelajaran pilihan: seperti 'bagaimana jika? "Pemrograman dapat menjadi tidak dapat diatur jika modul-modul yang dinyatakan terlalu sedikit atau terlalu umum (seperti semua mata kuliah di lembaga pendidikan akan terdaftar sebagai 'tersedia'), tetapi jika mereka adalah bagian dari proses berulang-ulang mereka dapat sangat berharga dalam membantu siswa untuk membangun program studi mereka.
7,5 pemantauan
Setiap lembaga, dan setiap modul dan tutor saja, perlu tahu mana mahasiswa yang masih tersaftar. Hal ini berlaku terlepas dari cara di mana siswa yang didanai, selama masih ada biaya untuk hadir. Pendanaan pemerintah membutuhkan konfirmasi bahwa seorang siswa masih hadir, dan di mana siswa bertanggung jawab atas biaya sendiri lembaga perlu tahu berapa banyak biaya untuk. Tutor dan departemen administrator perlu mengetahui kehadiran siswa sehingga, jika mereka putus, jadwal tutorial, seminar dan kursus dapat disesuaikan. Beberapa badan profesional juga memerlukan pemantauan ketat kehadiran pada sesi praktis dianggap bagian dari mendemonstrasikan kompetensi dalam keterampilan yang diperlukan atau terpapar pada praktik kunci. Sponsor juga kecuali bahwa mereka yang mereka membayar benar-benar hadir.
Beberapa lembaga mampu membayar infrastruktur yang terlibat dalam mengambil mendaftar secara manual di setiap kelas pada setiap hari; dalam kasus ini dapat dianggap sebagai sangat 'schoolish' dan merendahkan kepada para siswa, khususnya dalam pendidikan tinggi. Alternatif meliputi:
• sampling secara teratur (harian, mingguan, termly);
• Termly menandatangani;
• Pasif pemantauan.
Pemantauan pasif telah menjadi semakin layak di bawah meluasnya penggunaan sarana elektronik mengontrol akses atau penggunaan fasilitas. Ini mungkin tidak praktis, meskipun tidak secara teknologis mungkin, untuk mencatat kehadiran setiap siswa di kelas (yang juga meningkatkan Orwellian overtone); namun jelas mungkin untuk menarik bersama semua contoh di mana seorang siswa telah berinteraksi dengan cara apapun dengan sistem komputer: penggunaan perpustakaan, akses ke laboratorium terkontrol, penggunaan fasilitas IT, dll jika setiap login atau pengendalian akses login menjadi lebih mudah bagi sebuah lembaga untuk mengkonfirmasi siswa mengetahui tanggal terakhir melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mahasiswa. Hal ini mungkin tidak sejauh membuktikan aktivitas pada modul tertentu kecuali kursus elektronik tunduk pada login atau perangkat lunak tertentu terkait dengan modul-modul tertentu.
Sebuah efek samping bermanfaat secara teratur pemantauan kehadiran (baik aktif atau pasif) adalah bahwa hal itu dapat membantu lembaga untuk memeriksa kemungkinan masalah siswa sebelum siswa mampu membesarkan mereka secara langsung. Banyak guru akan menyadari kesempatan di mana menyelidiki mengapa seorang mahasiswa telah kehilangan beberapa kuliah memiliki gejala serius masalah-masalah pribadi yang mahasiswa enggan untuk meningkatkan hal ini pada gilirannya dapat mengaktifkan tindakan perbaikan yang cepat untuk menyelamatkan siswa studi.
7,6 Mitra
pencatatan kursus berjalan di antara dua lembaga dalam kemitraan biasanya tidak menimbulkan masalah, tapi bisa hati-hati memerlukan negosiasi dan kesepakatan yang tepat yang mengumpulkan, memelihara dan memperbarui catatan. Jika kursus dijalankan sebagai sebuah 'waralaba' maka lembaga orangtua perlu untuk mengumpulkan informasi yang persis sama pada pasangan mahasiswa seperti di mahasiswa yang berbasis di lembaga itu sendiri. Lembaga pewaralaba juga perlu untuk mengumpulkan dan memelihara catatan yang diperlukan untuk tujuannya sendiri. Pada gilirannya, mitra perguruan tinggi akan memerlukan akses yang sesuai untuk bagian-bagian catatan lembaga induk yang dibutuhkan dalam rangka untuk mengelola sisi kemitraan.
Dimana kemitraan merupakan sebuah 'validasi' daripada sebuah 'waralaba', yaitu kesepakatan untuk hanya mengkonfirmasi standar penghargaan akhir tanpa mengendalikan silabus rinci, lembaga orangtua mungkin merasa bahwa hanya diperlukan untuk menjaga catatan paling sederhana, dan memanggil mitra perguruan tinggi untuk lebih detail informasi manajemen. Catatan dasar akan tampak hanya cukup informasi pribadi untuk memungkinkan faktur yang benar yang akan dikeluarkan: ID, nama, dan tentu saja item lain tersebut seperti yang dipaksakan oleh alam dalam mekanisme pengisian (misalnya cara belajar).

7,7 Pengarsipan
Pada waktunya setiap lembaga harus menghadapi masalah pengarsipan catatannya sementara mahasiswa masih aktif belajar, kebutuhan lembaga mungkin sepenuhnya detail; setelah siswa telah meninggalkan kebutuhan detail ini berkurang. Mula-mula catatan lengkap harus disimpan, setidaknya sampai saat itu yakin ada dapat lebih menarik, atau pertanyaan mengenai kelayakan siswa untuk setiap hak atau penghargaan.
Setelah zona aman (misalnya sekitar enam bulan) telah berlalu, dan terakhir kembali perundang-undangan yang melibatkan mahasiswa telah diserahkan, jumlah detail dapat secara drastis dikurangi. Bahkan tempat penyimpanan massa atau informasi arsip terjangkau dan kompak, jelas bahwa tidak ada gunanya menyimpan setiap detail untuk selama-lamanya. Namun menggoda itu adalah sejarawan dan arsip menimbun semuanya hanya dalam kasus ini hasil analisis menarik untuk sosiolog seratus tahun atau lebih di masa depan, yang didasarkan pada kerinduan untuk data yang sama dari tahun-tahun awal universitas kuno, argumen tidak tidak menahan air: ledakan di jumlah siswa sejak pertengahan abad kedua puluh membuat mengumpulkan data tersebut tidak realistis dan mungkin tidak banyak bermanfaat dalam jangka panjang.
Oleh karena itu lembaga harus alamat kebutuhan sendiri saat mempertimbangkan tujuan utamanya dalam pengarsipan. Berikut ini adalah kebutuhan yang paling jelas dan menggunakan sebuah arsip:
• Cukup data untuk memverifikasi mahasiswa kualifikasi;
• data Cukup modul untuk memverifikasi transkrip dari bertahun-tahun sebelumnya;
• Cukup data untuk memastikan kelayakan siswa untuk melakukan studi lebih lanjut ( 'top-up' kursus, studi pascasarjana, dll);
• Pendaftaran dan akhir tahun untuk analisis masukan dan penyelesaian bertahun-tahun.

Beberapa di antaranya adalah lebih mudah untuk mengelola arsip di komputer daripada di catatan manual. Beberapa berguna untuk jangka waktu yang lebih panjang: data pribadi mungkin layak disimpan dalam detail yang wajar selama sekitar sepuluh tahun: statistik snapshot dapat tetap berguna untuk dua kali periode.
Apa dipertahankan pada arsip akan tergantung pada lembaga analisis menemukan berguna. Dasar informasi pribadi setelah sekitar sepuluh tahun bisa saja terbatas pada: nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal mulai, tanggal berakhir, semua kualifikasi dan klasifikasi, yang terakhir diketahui alamat. Apa yang dapat dijatuhkan adalah semua informasi tentang keuangan, kehadiran, dan mungkin juga tanda modul. Analisis kohort menjadi nilai kecil sekali kursus telah berevolusi dan silabus terlalu berbeda untuk perbandingan untuk menjadi bermakna. Ketentuan undang-undang perlindungan data juga harus diingat jika melarang penyimpanan data usang yang tidak dapat digunakan untuk analisis historis.
Format arsip adalah sedikit relevansi, asalkan mereka mudah untuk mengatur dan mudah digunakan. Non-catatan terkomputerisasi cenderung membatasi arsip mereka sendiri oleh mereka yang sangat massal: tahunan dan akhir-tentu saja penyiangan adalah satu-satunya solusi, dan harus drastis pada sekitar dua tahun setelah para siswa telah pergi. Massa pengarsipan catatan untuk lemari adalah buang-buang waktu. Pengarsipan ke arsip gambar hanya berguna untuk verifikasi dokumen, bukan untuk analisis.

7,8 Transcripts
Mengasumsikan bahwa catatan lembaga memegang semua informasi yang dibutuhkan untuk sebuah transkrip, format dan isi dokumen masih memerlukan pertimbangan hati-hati. Terlepas dari apakah itu disebut 'transkrip' atau 'catatan prestasi', keputusan mengenai isi masih harus diambil secara sensitif, mengingat penggunaan mahasiswa yang akan ingin dapatkan dari itu, dan kemungkinan penyalahgunaan untuk avolding penipuan tujuan.
• Transkrip harus menunjukkan semua modul dan tanda yang digunakan untuk menentukan kelulusan dan klasifikasi kursus dan penghargaan.
• Menampilkan semua upaya di setiap modul mungkin diperlukan jika kegiatan siswa setiap tahun harus disertifikasi.
• Menampilkan hanya upaya terakhir pada setiap modul memberikan indikasi yang akurat dari apa yang terakhir dianggap dewan penguji, setelah dibuang semua usaha sebelumnya.
• Menunjukkan upaya terbaik pada setiap modul adalah serupa dengan di atas: itu tergantung pada kebijakan lembaga; upaya akhir tidak selalu usaha yang terbaik.
• Termasuk gagal modul dapat berakibat buruk pada siswa, terutama jika mahasiswa merasa bahwa mereka menjadi tidak relevan ketika modul lain yang kemudian digantikan bagi mereka, tetapi sebaliknya seorang siswa tetap dapat menemukan fakta bahwa modul telah dipelajari (walaupun belum lulus) dari nilai ketika mencari pekerjaan, khususnya jika kegagalan itu marjinal. Dalam konteks seperti lembaga mungkin ingin menampilkan modul gagal dalam bagian terpisah berjudul 'juga belajar' daripada 'gagal', terutama jika kegagalan itu direstui dan diperlakukan sebagai kinerja yang memadai untuk tujuan tertentu (misalnya prasyarat).
• Menampilkan hasil dari modul tambahan dapat menyesatkan, terutama jika lembaga memungkinkan siswa untuk mengambil modul (misalnya sebagai seorang rekan mahasiswa) benar-benar di luar saja.
• Menunjukkan kursus untuk siswa yang terdaftar setiap tahun ini mungkin tidak relevan kecuali diperlukan untuk memperjelas pilihan yang sebenarnya bisa dijelaskan modul; dalam banyak kasus hanya judul program studi tentu saja akhir yang relevan.
Kecuali semua permutasi di atas dapat dikelola untuk berbagai tujuan, versi yang paling berguna tampaknya (a) semua usaha, (b) hanya mencoba yang terbaik, (c) hanya berlalu.
Apa yang seharusnya pasti akan dimasukkan untuk setiap tahun adalah apakah kursus itu belajar di lembaga itu sendiri atau di perguruan tinggi mitra o. Ini bukan hanya cara yang baik untuk mengenali kontribusi masing-masing lembaga tetapi juga mencegah siswa dari keliru keberadaan mereka setiap tahun; ini dapat memiliki implikasi hukum yang serius jika salah satu mitra di negara lain. Hal yang sama dapat diterapkan pada setiap catatan tentang apakah kursus (selain kursus bahasa) disampaikan dalam bahasa yang berbeda dari lembaga induknya itu sendiri: belajar di negara tertentu, dapat mewakili menyiratkan kompetensi atau kelancaran dalam bahasa yang negara.
Pertanyaan tentang informasi apa yang harus dimasukkan dalam menyusun data ...

translate

Catatan dan transkrip
Catatan selama dikontrol oleh struktur, kehadiran, dan apa yang harus ditulis dalam transkrip

7,1 model
Bukan hanya format catatan mahasiswa yang telah berubah dalam beberapa dekade terakhir: itu adalah sangat fungsi mereka. Catatan dari kehidupan akademis mahasiswa tidak hanya alat referensi untuk membantu tenaga pendidik dan memberikan informasi yang memadai untuk dewan penguji. Catatan, atau lebih tepatnya korpus semua catatan mahasiswa, adalah sebuah alat manajemen, digunakan untuk perencanaan, pemasaran, kontrol kualitas, 'liga tabel' dan semua statistik lain tanpa lembaga-lembaga pendidikan yang modern merasa mereka tidak dijalankan sesuai dengan tujuan.
Metode tradisional perekaman secara manual tidak lagi cukup fleksibel untuk tantangan modern ini; keuntungan dari datangnya sistem catatan komputer canggih menyediakan fleksibilitas yang diperlukan untuk hal ini (meskipun mereka tergugah untuk membuat model lain: bahwa permintaan untuk statistik seperti muncul hanya karena mereka bisa diproduksi). Demikian pula, kemampuan sistem catatan terkomputerisasi tersebut difasilitasi (didorong?) oleh struktur yang lebih fleksibel. Struktur saat ini sangat bervariasi (lihat Bab 3), dan tempat yang berbeda menuntut sistem catatan yang menyertainya, melainkan membantu menjadi efisien (dan biaya-efektif) pengelolaan sistem seperti variasi tidak terjadi terlalu banyak atau terlalu sering.
System catatan dapat diatur dalam berbagai cara. Kebanyakan sistem yang ditetapkan sebagai database komputer. Faktor yang akan digunakan dalam menentukan yang terbaik untuk hardware dan software yang digunakan adalah tidak dibahas lebih lanjut dalam buku ini, sebagai teknologi informasi yang tersedia berkembang sangat cepat bahwa pedoman yang dikeluarkan satu tahun dapat benar-benar keluar dari tanggal sebelumnya.
Sistem yang terbaik dapat memberikan pandangan tentang catatan dari berbagai sudut. Elemen utama administrasi mahasiswa perlu dilihat pada tingkat kursus, modul / tingkat unit dan tingkat mahasiswa. Jika struktur saja cukup kaku, kursus berbasis record sering memadai; dalam skema modul yang berat dan mahasiswa berbasis catatan akan dibutuhkan, dan akan menjadi satu-satunya cara yang masuk akal pengorganisasian itu jika murid kursus yang akan menyebar ke seluruh jangka waktu yang tidak tentu (lihat Bab 3). Hal ini menimbulkan isu-isu tertentu untuk validasi program (lihat bagian 7.4).
Pertemuan di kebutuhan internal catatan sayangnya hanya bagian dari cerita. lembaga-lembaga yang didanai pemerintah wajib menyampaikan hasil statistik secara berkala, sering lebih dari sekali setahun. Lembaga tidak memiliki kontrol atas isi atau format dari hasil ini; sedikit hal-hal ini jika informasi yang dicari di kompatibel dengan lembaga-lembaga apa yang akan mengumpulkan tetap, tetapi itu tidak selalu terjadi. Badan-badan ini dapat mengklasifikasikan siswa kursus dan dengan cara yang tidak memenuhi kebutuhan internal: misalnya, kategorisasi sederhana 'sarjana' dan 'pascasarjana' (lihat Bab 3, bagian 3.5) atau tidak jelas penggunaan istilah 'full - time 'dan' part-time '. Jika badan-badan perundang-undangan mengkategorikan informasi dengan cara yang kurang rinci daripada kebutuhan internal, hal ini dapat ditangani oleh penggabungan kode internal sebelum mengirimkan kembali; ketika perbedaan adalah cara lain, dan tuntutan lembaga data dalam cara yang lebih rinci daripada yang diperlukan secara internal, institusi akan menemukan bahwa ia harus melakukan pekerjaan yang telah ada gunanya, semata-mata untuk memenuhi kebutuhan statistik kembali. Ini, bersama dengan kecenderungan badan-badan ini untuk mengubah definisi setiap tahun, adalah beban yang tak diinginkan. Kadang-kadang lembaga sendiri tidak punya pilihan lain kecuali untuk membuat perubahan, karena mereka harus memenuhi tuntutan pemerintah, dan harus mengubah definisi dan kategori dalam terang kasus pengadilan (misalnya, jika sebuah kasus hubungan ras, tidak terkait dengan pendidikan , menyebabkan reklasifikasi dari kelompok etnis). Setiap perubahan ini memerlukan pencatatan sesuai bagian-bagian penting dari sistem catatan, sering hanya dapat diubah lagi pada tahun berikutnya.
Lembaga donor juga mempengaruhi cara di mana catatan dikelola, atau kategori yang dikodekan, jika kebijakan tersebut diubah pada bagaimana siswa lembaga yang didanai: misalnya, oleh kepala-count, dengan penuh waktu kesetaraan, dengan cara belajar, menurut subyek wilayah-kursus atau modul belajar. Seluruh struktur dapat dibangun dalam lembaga untuk menangani pendanaan kategori yang menghilang tahun berikutnya. Semua perubahan ulang ini tidak hanya mempengaruhi cara di mana catatan dikelola (reprogramming, pelatihan, direvisi dokumentasi, dll), tetapi juga memakai sebagian besar waktu staf yang lebih baik digunakan untuk mendidik siswa.
7,2 yang merupakan catatan, dan yang mengelola mereka?
sebagaimana disebutkan di atas, alasan karena memiliki catatan sendiri dapat bervariasi: mereka dapat (dan harus) melayani kebutuhan lembaga, pemerintah, badan hukum, akademis dan dukungan departemen dan, terakhir namun paling tidak, masing-masing siswa. Pembagian perbedaan ini (dan kadang-kadang bertentangan) tuntutan mempengaruhi cara pemeliharaan catatan yang terorganisasi, dan siapa yang bertanggung jawab untuk memastikan kebenarannya. Sistem yang terbaik memastikan bahwa mereka yang membutuhkan mengandalkan data juga mereka yang bertanggung jawab untuk memastikan keakuratan data: itu banyak gunanya jika, misalnya, masuknya informasi biaya siswa prioritas rendah untuk bagian dari lembaga yang masuk, atau jika, di sisi lain, tutor yang membutuhkan modul akurat daftar kursus dan merasa bahwa itu bukan tanggung jawab mereka untuk mengambil daftar hadir. 'kepemilikan' dari data sangat penting. Terbaik 'pemilik' dari data adalah siswa sendiri-mereka telah kehilangan sebagian besar jika catatan mereka adalah salah, dan harus ditempatkan dalam posisi bukan hanya untuk mengubah data yang tidak akurat dengan mudah tetapi juga diperlukan untuk memastikan bahwa mereka berubah.
Konseptual 'kepemilikan' dari data tidak hanya masalah menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk memperbaharui, erat terkait dengan struktur manajerial lembaga. Sentralisasi pemerintahan dapat ditampilkan jauh dan tidak simpatik dengan kebutuhan siswa, dan juga kadang-kadang untuk departemen akademik dan staf administrasi. Tentu saja mereka dapat muncul mengintimidasi siswa dengan cara yang tidak sesuai dengan staf departemen. Ini bukan masalah sikap, lebih penting adalah keakraban, karena siswa telah jauh lebih besar interaksi dengan staf kantor setempat. Pentingnya ini cukup banyak ketika datang untuk membuat siswa merasa bahwa mereka memiliki kepemilikan data tentang mereka. Jika siswa merasa bahwa satu-satunya alasan untuk menjaga data yang up to date adalah begitu memuaskan 'pusat', tidak ada insentif untuk melakukannya, jika mereka merasa bahwa mereka menyebabkan masalah bagi staf administrasi yang mereka bertemu setiap hari mereka mungkin berusaha lebih keras.
Pesan utama untuk siswa yang mendapatkan data adalah bahwa mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data tentang mereka pada sistem yang benar. Ini tidak hanya berarti hal-hal yang hanya mereka ketahui, seperti alamat mereka saat ini, tetapi semua data. Esensi memastikan bahwa data siswa yang benar adalah untuk memberikan siswa tanggung jawab atas ketepatan. Ini sering melibatkan interaksi dengan mereka mengenai hal-hal seperti alamat, silabus / modul, kursus tanda, kehadiran, catatan dll
Pertanyaan yang pada gilirannya ini meningkatkan adalah apakah siswa harus memiliki kemampuan untuk mengubah catatan sendiri. Untuk pertanyaan akademis jawabannya harus tetap 'tidak', tetapi kurang jelas bahwa ini harus dilarang untuk barang-barang pribadi seperti alamat rumah dan jangka waktu; sayangnya, mengakui, godaan sifat manusia, jawabannya masih harus 'tidak' bahkan untuk ini, kalau-kalau ada kecenderungan untuk mengubah alamat ke tempat yang tidak akurat tepat sebelum faktur untuk biaya dibayarkan untuk diproses. Pendekatan yang terbaik adalah memberikan siswa akses ke hampir semua catatan mereka, lebih baik on-line, untuk memudahkan bagi mereka untuk pertanyaan mereka dan minta mereka dikoreksi dan di atas semua untuk menerima bahwa jika mereka tidak melakukannya sehingga mereka tidak bisa mengeluh atau naik banding jika salah keputusan didasarkan pada data yang salah yang seharusnya mereka diperiksa. Menempatkan tanggung jawab pada siswa ini meningkatkan perasaan mereka 'kepemilikan' dari data, dan dengan demikian harus meningkatkan akurasi, ke saling menguntungkan siswa dan lembaga-lembaga itu sendiri.
Jadi kebutuhan konstituen dari tiga lembaga yang berbeda:
• Siswa perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan hasil yang benar untuk kursus;
• Departemen perlu mengelola kelompok tutorial, esai tenggat waktu, penempatan kerja, informasi karir, penyakit dan kehadiran (banyak dari item yang dibutuhkan oleh departemen singkat atau jangka pendek hanya relevansi);
• Pusat administrasi harus memastikan bahwa perundang-undangan pengembalian adalah akurat dan tepat waktu, informasi manajemen adalah aman dan komprehensif, dan sumber daya dengan benar dan adil didistribusikan ke departemen.
7,3 apa yang terjadi dalam catatan?
Telah ada banyak usaha untuk merancang atau memaksakan suatu format standar untuk catatan siswa pada semua lembaga. Beberapa inisiatif telah pemerintah, sebagian di antaranya sudah kolaborasi lokal, beberapa upaya telah dilakukan oleh suatu lembaga atau badan komersial yang tajam percaya 'bahwa solusi internal akan berlaku untuk semua orang lain. Semua tampaknya bernasib buruk. Faktor-faktor eksternal seperti lembaga statistik memang memberlakukan tingkat tinggi konsistensi pada apa yang sistem catatan harus menghasilkan, tetapi mereka tidak bisa memaksa institusi, untuk sampai pada data ini dalam cara tertentu. Semua lembaga, baik universitas atau perguruan tinggi, memiliki otonomi tingkat tinggi tentang manajemen dan administrasi mereka, yang pada gilirannya menentukan bagaimana catatan mereka akan terstruktur. Untuk kecuali banyak institusi untuk dapat menggunakan sistem manajemen catatan identik hanya karena mereka 'bisnis' adalah sama seperti mengharapkan semua toko tinggi untuk menggunakan perangkat lunak personil yang sama hanya karena mereka beroperasi dengan cara yang serupa dan harus menyerahkan jenis yang sama dari pajak.

Lembaga statistik akan menentukan banyak bidang di catatan, dan banyak dari nilai-nilai pengkodean untuk bidang-bidang (meskipun, seperti tercantum dalam bagian 7.1, hal ini tidak mengesampingkan lembaga memiliki lebih rinci kode jika mereka mau, asalkan mereka dapat dengan mudah dipetakan pada nilai-nilai perundang-undangan). Dalam kerangka ini, bagaimanapun, kebutuhan yang tepat akan bervariasi dari lembaga ke lembaga, dari kursus kursus dan dari tahun ke tahun, terutama karena badan-badan perundang-undangan mengubah persyaratan mereka setiap tahun.
Untuk alasan ini, buku ini tidak akan membahas secara rinci informasi apa yang harus disimpan dalam catatan. Namun, satu hal yang telah lama tradisional harus dipertanyakan dalam konteks perubahan struktur dan pendanaan tentu saja metode: konsep 'tentu saja' itu sendiri (lihat Bab 3). Banyak perundang-undangan dan pendanaan kembali bergantung pada konsep 'apa yang tentu saja mahasiswa itu pada tahun ini', yang mengandaikan pola normal studi penuh waktu yang terdaftar bernama tertentu saja; seorang mahasiswa dukungan keuangan dapat bergantung pada definisi agak sewenang-wenang modus studi dan kursus.
Bahkan konsep 'berhasil menyelesaikan' tidak jelas dalam suatu sistem pendidikan yang terus-menerus memperbarui. Catatan mungkin harus terus hidup selama mahasiswa tetap memiliki kelayakan untuk melanjutkan studi lagi dalam tahap dalam perjalanan atau di update 'top-up' saja. Ini tidak sepenuhnya fenomena baru, karena beberapa profesi memiliki tradisi panjang terus-menerus memperbarui profesional, tapi mendorong skema modular dalam cara yang jauh lebih luas.
Karena ini, kursus dan catatan mereka mungkin harus terstruktur dalam suatu cara yang tidak diperlukan untuk lembaga, hanya untuk cocok dengan persyaratan pelaporan. Beberapa statistik yang tidak kembali dengan baik dengan sepenuhnya mengatasi skema modul, sistem yang memfasilitasi atau bahkan mendorong 'jembatan dan tangga, antara jalur dan tahapan program. Bahkan metode tradisional dapat membuat catatan yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya .
7,4 validasi
Kunci konsekuensi dari faktor-faktor yang dijelaskan di atas adalah bahwa hal itu membuat hampir tidak mungkin bagi sistem catatan untuk memeriksa seorang individu mahasiswa program modul / unit untuk memastikan itu adalah set yang valid studi untuk kualifikasi yang harus dipelajarinya. Tradisional, relatif tetap kursus ini mudah; yang lebih mendekati struktur modular sepenuhnya skema yang kurang bermakna ini terjadi.
Ini tidak berarti bahwa mahasiswa tidak bisa mengharapkan bantuan dalam merancang program-program studi yang akan memimpin mereka ke arah penghargaan yang mereka cari: itu hanya menjadi lebih rumit. memang, validasi semacam itu sebenarnya lebih penting dalam struktur yang fleksibel, untuk menghindari siswa mencapai akhir studi mereka hanya untuk menemukan bahwa mereka telah melewatkan komponen kunci dan berakhir dengan penghargaan yang berbeda dari apa yang mereka harapkan, atau tanpa penghargaan di semua.
Ada dua cara untuk mendekati dasar ini, masing-masing yang layak namun dalam hal menuntut pemeliharaan catatan jalurnya dan modul struktur:
(a) Modul mana yang diperlukan untuk memahami bagian ini?
Siswa bertujuan untuk penghargaan bernama tertentu dapat dikatakan yang modul mereka perlu telah berlalu, dan bagaimana yang ditelusuri kembali melalui prasyarat untuk memetakan modul-modul wajib untuk setiap tahun studi, sedangkan sisanya dari program studi tersebut dapat diisi dengan modul sesuai dengan selera siswa sendiri. Hal ini relatif mudah diimplementasikan pada sebuah sistem komputerisasi, karena mulai dari yang didefinisikan dengan baik datum (judul program studi) dan bekerja kembali melalui prasyarat.
(b) judul program studi mana yang modulnya layak saya cari?
Siswa memilih berbagai modul dalam mata pelajaran yang mereka merasa tertarik, dan bertanya yang penghargaan ini bisa mengakibatkan. Hal ini dapat sangat kompleks untuk melaksanakan, karena itu berarti mencari seluruh database tentu saja struktur untuk melihat siapa di antara mereka yang kompatibel dengan siswa menyatakan pelajaran pilihan: seperti 'bagaimana jika? "Pemrograman dapat menjadi tidak dapat diatur jika modul-modul yang dinyatakan terlalu sedikit atau terlalu umum (seperti semua mata kuliah di lembaga pendidikan akan terdaftar sebagai 'tersedia'), tetapi jika mereka adalah bagian dari proses berulang-ulang mereka dapat sangat berharga dalam membantu siswa untuk membangun program studi mereka.
7,5 pemantauan
Setiap lembaga, dan setiap modul dan tutor saja, perlu tahu mana mahasiswa yang masih tersaftar. Hal ini berlaku terlepas dari cara di mana siswa yang didanai, selama masih ada biaya untuk hadir. Pendanaan pemerintah membutuhkan konfirmasi bahwa seorang siswa masih hadir, dan di mana siswa bertanggung jawab atas biaya sendiri lembaga perlu tahu berapa banyak biaya untuk. Tutor dan departemen administrator perlu mengetahui kehadiran siswa sehingga, jika mereka putus, jadwal tutorial, seminar dan kursus dapat disesuaikan. Beberapa badan profesional juga memerlukan pemantauan ketat kehadiran pada sesi praktis dianggap bagian dari mendemonstrasikan kompetensi dalam keterampilan yang diperlukan atau terpapar pada praktik kunci. Sponsor juga kecuali bahwa mereka yang mereka membayar benar-benar hadir.
Beberapa lembaga mampu membayar infrastruktur yang terlibat dalam mengambil mendaftar secara manual di setiap kelas pada setiap hari; dalam kasus ini dapat dianggap sebagai sangat 'schoolish' dan merendahkan kepada para siswa, khususnya dalam pendidikan tinggi. Alternatif meliputi:
• sampling secara teratur (harian, mingguan, termly);
• Termly menandatangani;
• Pasif pemantauan.
Pemantauan pasif telah menjadi semakin layak di bawah meluasnya penggunaan sarana elektronik mengontrol akses atau penggunaan fasilitas. Ini mungkin tidak praktis, meskipun tidak secara teknologis mungkin, untuk mencatat kehadiran setiap siswa di kelas (yang juga meningkatkan Orwellian overtone); namun jelas mungkin untuk menarik bersama semua contoh di mana seorang siswa telah berinteraksi dengan cara apapun dengan sistem komputer: penggunaan perpustakaan, akses ke laboratorium terkontrol, penggunaan fasilitas IT, dll jika setiap login atau pengendalian akses login menjadi lebih mudah bagi sebuah lembaga untuk mengkonfirmasi siswa mengetahui tanggal terakhir melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mahasiswa. Hal ini mungkin tidak sejauh membuktikan aktivitas pada modul tertentu kecuali kursus elektronik tunduk pada login atau perangkat lunak tertentu terkait dengan modul-modul tertentu.
Sebuah efek samping bermanfaat secara teratur pemantauan kehadiran (baik aktif atau pasif) adalah bahwa hal itu dapat membantu lembaga untuk memeriksa kemungkinan masalah siswa sebelum siswa mampu membesarkan mereka secara langsung. Banyak guru akan menyadari kesempatan di mana menyelidiki mengapa seorang mahasiswa telah kehilangan beberapa kuliah memiliki gejala serius masalah-masalah pribadi yang mahasiswa enggan untuk meningkatkan hal ini pada gilirannya dapat mengaktifkan tindakan perbaikan yang cepat untuk menyelamatkan siswa studi.
7,6 Mitra
pencatatan kursus berjalan di antara dua lembaga dalam kemitraan biasanya tidak menimbulkan masalah, tapi bisa hati-hati memerlukan negosiasi dan kesepakatan yang tepat yang mengumpulkan, memelihara dan memperbarui catatan. Jika kursus dijalankan sebagai sebuah 'waralaba' maka lembaga orangtua perlu untuk mengumpulkan informasi yang persis sama pada pasangan mahasiswa seperti di mahasiswa yang berbasis di lembaga itu sendiri. Lembaga pewaralaba juga perlu untuk mengumpulkan dan memelihara catatan yang diperlukan untuk tujuannya sendiri. Pada gilirannya, mitra perguruan tinggi akan memerlukan akses yang sesuai untuk bagian-bagian catatan lembaga induk yang dibutuhkan dalam rangka untuk mengelola sisi kemitraan.
Dimana kemitraan merupakan sebuah 'validasi' daripada sebuah 'waralaba', yaitu kesepakatan untuk hanya mengkonfirmasi standar penghargaan akhir tanpa mengendalikan silabus rinci, lembaga orangtua mungkin merasa bahwa hanya diperlukan untuk menjaga catatan paling sederhana, dan memanggil mitra perguruan tinggi untuk lebih detail informasi manajemen. Catatan dasar akan tampak hanya cukup informasi pribadi untuk memungkinkan faktur yang benar yang akan dikeluarkan: ID, nama, dan tentu saja item lain tersebut seperti yang dipaksakan oleh alam dalam mekanisme pengisian (misalnya cara belajar).

7,7 Pengarsipan
Pada waktunya setiap lembaga harus menghadapi masalah pengarsipan catatannya sementara mahasiswa masih aktif belajar, kebutuhan lembaga mungkin sepenuhnya detail; setelah siswa telah meninggalkan kebutuhan detail ini berkurang. Mula-mula catatan lengkap harus disimpan, setidaknya sampai saat itu yakin ada dapat lebih menarik, atau pertanyaan mengenai kelayakan siswa untuk setiap hak atau penghargaan.
Setelah zona aman (misalnya sekitar enam bulan) telah berlalu, dan terakhir kembali perundang-undangan yang melibatkan mahasiswa telah diserahkan, jumlah detail dapat secara drastis dikurangi. Bahkan tempat penyimpanan massa atau informasi arsip terjangkau dan kompak, jelas bahwa tidak ada gunanya menyimpan setiap detail untuk selama-lamanya. Namun menggoda itu adalah sejarawan dan arsip menimbun semuanya hanya dalam kasus ini hasil analisis menarik untuk sosiolog seratus tahun atau lebih di masa depan, yang didasarkan pada kerinduan untuk data yang sama dari tahun-tahun awal universitas kuno, argumen tidak tidak menahan air: ledakan di jumlah siswa sejak pertengahan abad kedua puluh membuat mengumpulkan data tersebut tidak realistis dan mungkin tidak banyak bermanfaat dalam jangka panjang.
Oleh karena itu lembaga harus alamat kebutuhan sendiri saat mempertimbangkan tujuan utamanya dalam pengarsipan. Berikut ini adalah kebutuhan yang paling jelas dan menggunakan sebuah arsip:
• Cukup data untuk memverifikasi mahasiswa kualifikasi;
• data Cukup modul untuk memverifikasi transkrip dari bertahun-tahun sebelumnya;
• Cukup data untuk memastikan kelayakan siswa untuk melakukan studi lebih lanjut ( 'top-up' kursus, studi pascasarjana, dll);
• Pendaftaran dan akhir tahun untuk analisis masukan dan penyelesaian bertahun-tahun.

Beberapa di antaranya adalah lebih mudah untuk mengelola arsip di komputer daripada di catatan manual. Beberapa berguna untuk jangka waktu yang lebih panjang: data pribadi mungkin layak disimpan dalam detail yang wajar selama sekitar sepuluh tahun: statistik snapshot dapat tetap berguna untuk dua kali periode.
Apa dipertahankan pada arsip akan tergantung pada lembaga analisis menemukan berguna. Dasar informasi pribadi setelah sekitar sepuluh tahun bisa saja terbatas pada: nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal mulai, tanggal berakhir, semua kualifikasi dan klasifikasi, yang terakhir diketahui alamat. Apa yang dapat dijatuhkan adalah semua informasi tentang keuangan, kehadiran, dan mungkin juga tanda modul. Analisis kohort menjadi nilai kecil sekali kursus telah berevolusi dan silabus terlalu berbeda untuk perbandingan untuk menjadi bermakna. Ketentuan undang-undang perlindungan data juga harus diingat jika melarang penyimpanan data usang yang tidak dapat digunakan untuk analisis historis.
Format arsip adalah sedikit relevansi, asalkan mereka mudah untuk mengatur dan mudah digunakan. Non-catatan terkomputerisasi cenderung membatasi arsip mereka sendiri oleh mereka yang sangat massal: tahunan dan akhir-tentu saja penyiangan adalah satu-satunya solusi, dan harus drastis pada sekitar dua tahun setelah para siswa telah pergi. Massa pengarsipan catatan untuk lemari adalah buang-buang waktu. Pengarsipan ke arsip gambar hanya berguna untuk verifikasi dokumen, bukan untuk analisis.

7,8 Transcripts
Mengasumsikan bahwa catatan lembaga memegang semua informasi yang dibutuhkan untuk sebuah transkrip, format dan isi dokumen masih memerlukan pertimbangan hati-hati. Terlepas dari apakah itu disebut 'transkrip' atau 'catatan prestasi', keputusan mengenai isi masih harus diambil secara sensitif, mengingat penggunaan mahasiswa yang akan ingin dapatkan dari itu, dan kemungkinan penyalahgunaan untuk avolding penipuan tujuan.
• Transkrip harus menunjukkan semua modul dan tanda yang digunakan untuk menentukan kelulusan dan klasifikasi kursus dan penghargaan.
• Menampilkan semua upaya di setiap modul mungkin diperlukan jika kegiatan siswa setiap tahun harus disertifikasi.
• Menampilkan hanya upaya terakhir pada setiap modul memberikan indikasi yang akurat dari apa yang terakhir dianggap dewan penguji, setelah dibuang semua usaha sebelumnya.
• Menunjukkan upaya terbaik pada setiap modul adalah serupa dengan di atas: itu tergantung pada kebijakan lembaga; upaya akhir tidak selalu usaha yang terbaik.
• Termasuk gagal modul dapat berakibat buruk pada siswa, terutama jika mahasiswa merasa bahwa mereka menjadi tidak relevan ketika modul lain yang kemudian digantikan bagi mereka, tetapi sebaliknya seorang siswa tetap dapat menemukan fakta bahwa modul telah dipelajari (walaupun belum lulus) dari nilai ketika mencari pekerjaan, khususnya jika kegagalan itu marjinal. Dalam konteks seperti lembaga mungkin ingin menampilkan modul gagal dalam bagian terpisah berjudul 'juga belajar' daripada 'gagal', terutama jika kegagalan itu direstui dan diperlakukan sebagai kinerja yang memadai untuk tujuan tertentu (misalnya prasyarat).
• Menampilkan hasil dari modul tambahan dapat menyesatkan, terutama jika lembaga memungkinkan siswa untuk mengambil modul (misalnya sebagai seorang rekan mahasiswa) benar-benar di luar saja.
• Menunjukkan kursus untuk siswa yang terdaftar setiap tahun ini mungkin tidak relevan kecuali diperlukan untuk memperjelas pilihan yang sebenarnya bisa dijelaskan modul; dalam banyak kasus hanya judul program studi tentu saja akhir yang relevan.
Kecuali semua permutasi di atas dapat dikelola untuk berbagai tujuan, versi yang paling berguna tampaknya (a) semua usaha, (b) hanya mencoba yang terbaik, (c) hanya berlalu.
Apa yang seharusnya pasti akan dimasukkan untuk setiap tahun adalah apakah kursus itu belajar di lembaga itu sendiri atau di perguruan tinggi mitra o. Ini bukan hanya cara yang baik untuk mengenali kontribusi masing-masing lembaga tetapi juga mencegah siswa dari keliru keberadaan mereka setiap tahun; ini dapat memiliki implikasi hukum yang serius jika salah satu mitra di negara lain. Hal yang sama dapat diterapkan pada setiap catatan tentang apakah kursus (selain kursus bahasa) disampaikan dalam bahasa yang berbeda dari lembaga induknya itu sendiri: belajar di negara tertentu, dapat mewakili menyiratkan kompetensi atau kelancaran dalam bahasa yang negara.
Pertanyaan tentang informasi apa yang harus dimasukkan dalam menyusun data ...