HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap individu untuk mengembangkan hubungan dengan Tuhan, dengan alam lingkungan, dengan manusia lain, bahkan juga untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsanya, jasmani maupun rohaninya secara integral.
Pendidikan merupakan sebuah konsep pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dengan sangat cermat dan penuh konsentrasi, baik yang bersifat human resources maupun material resources. Peningkatan seluruh komponen tersebut akan sangat baik dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.
Telah terbukti, bahwa peningkatan kualitas komponen-komponen sistem pendidikan sangtlah berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan, terutama human resources. Hal ini dapat dipahami dari kenyataan, bahwa komponen yang bersifat material tidak akan berfungsi dan bermanfaat tanpa adanya komponen yang bersifat human resources yang mengaplikasikannya. Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat human resources adalah tenaga kependidikan guru dan non guru.
Perhatian terhadap mutu pendidikan terus meningkat, seiring dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Aspek pendukung pendidikanpun semakin berkembang dari mulai tekhnologi dan ilmu pengetahuan yang semakin menggelobal dan menuntut kita untuk terus mencari ilmu lebh banyak serta berpengaruh terhadap pembangunan Indonesia yang semakin nyata.
Hal itu dapat dilihat dari sikap para orang tua siswa yang mulai aktif dan kreatif untuk menjadikan anaknya sebagai siswa yang kompeten dan qualified dalam pengembangannya. Orang tua siswa terus memacu anaknya agar berprestasi lebih baik dari sebelumnya untuk mendapatkan sekolah atau institusi yang baik untuk pendidikan. Semua itu berakibat baik untuk pendidikan, karena sekolah-sekolah negeri maupun swasta di Indonesia membuat standar kompetensi yang tinggi untuk dapat menerima siswa di sekolahnya yang sering disebut dengan istilah “sekolah unggulan” atau sekolah favorit”, gelar itu semakin membuat ketertarikan siswa untuk masuk dan menjadi siswa di sekolah tersebut.
Proses pendidikan merupakan aktivitas yang sangat panjang dan penuh dengan perencanaan serta strategi yang matang dalam pengaplikasiannya, dengan tujuan agar seluruh komponen pendidikan dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, manusia yang beriman dan bertawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokrasi dan bertanggung jawab”.
Tujuan pembangunan di atas harus didukung oleh semua pihak, tidak hanya dari pemerintah saja yang membuat berbagai macam peraturan maupun konsep pembangunan tetapi kesadaran dari setiap individu untuk turut serta membantu melancarkan aktivitas pembangunan nasional dibidang pendidikan. Karena pada dasarnya kesadaran dan dukungan merupakan salah kesatuan yang sangat penting dalam usaha demi terwujudnya kemajuan yang dilaksanakan oleh semua pihak baik dalam tatanan tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Majunya lembaga pendidikan tidak lepas dari konsep-konsep kepala sekolah. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak lepas dari kepemimpinan kepala sekolah yang membawahinya. Karena kepala sekolah sebagai pimpinan di lembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya menjadi lembaga yang mampu berdaya saing dan memiliki kompetensi untuk kemajuan pendidikan. Selain itu, kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan yang telah diterapkan di lembaganya, karena dia yang telah membuat serta menganalisis karakteristik lembaganya sehingga pengaturan sekolah itu dapat tercipta dengan proporsional dan tidak berlebihan. Kepala sekolah sebagai seorang pendidik, administrator, pemimpin, supervisor, sekaligus pengambil keputusan diharapkan dengna sendirinya dapat mengelola lebaga pendidikan kearah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjajikan masa depan yang lebih baik.
Berdasarkan kegiatan belajar yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Kepulauan Seribu Utara kepala sekolah sering melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan, perubahan yang diambil guna untuk menciptakan rekomendasi dalam memecahkan masalah yang ada di lembaga tersebut. Kepala sekolah adalah peserta utama dalam perumusan keputusan. Mereka duduk sebagai aktor kebijakan karena status formalnya. Pembuatan keputusan formal ini bekerja atas dasar prioritas yang mendesak, mereka bertanggung jawab atas proses pembuatan kebijakan, pelaksanaan dan pertanggung jawabannya.
Kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah merupakan langkah untuk tercapainya perubahan dalam lembaga pendidikan yang dikelolanya. Kebijakan yang diambil adalah memberikan motivasi kepada tenaga pendidikan untuk selalu meningkatkan kinerja baik di sekolah maupun di luar sekolah. Disadari atau tidak kelancaran penyelenggaraan pembangunan pendidikan tidak jarang terambat oleh faktor yang sangat signifikan, seperti terbatasnya sarana dan prasarana, minimnya dana pendidikan, penghargaan kepada profesi yang sangat rendah dan terbatasnya berbagai penunjang pembangunan pendidikan lainnya. Perkembangan dunia pendidikan sangatlah ditentukan oleh kinerja sekolah sebagai suatu lembaga atau organisasi yang erat hubungannya dengan kinerja perseorangan yang berada didalamnya, dan pada waktunya kinerja sekolah akan ditentukan pula oleh kinerja perseorangan atau kinerja tenaga pendidikan.
Kunci utama dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah mutu tenaga kerja pendidikan . Dalam hal ini tidak hanya diperlukan sebuah reformasi mendasar pada tenaga pendidikan tetapi juga harus sejalan dengan penghargaan yang diberikan terhadap prestasi kerja dari tenaga pendidikan tersebut. Seorang tenaga pendidikan akan bekerja sangat profesional dan selalu tanggap terhadap tuntutan dan berbagai perubahan zaman, bekerja berdasarkan kehliak khusus yang dimilikinya dan selalu memperbaharui kemampuan serta pengetahuannya.
Dalam hal ini, peran kepala sekolah menjadi sangat penting dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mengajak, membina, serta mempengaruhi tenaga pendidikan untuk meningkatkan kinerjanya. Kepala sekolah mampu menciptakan atau membangun jalinan yang harmonis antara tenaga pendidikan dengan kepala sekolah ataupun diantara sesama tenaga pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini akan mencermati hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di sekolah menengah pertama negeri kecamatan Kepulauan Seribu Utara
1.2 Identifikasi Masalah
Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan beberapa masalah yang perlu dikaji melalui penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara ?
2. Bagaimana kinerja guru di sekolah menengah pertama Kecamatan Kepulauan Seribu Utara ?
3. Bagaimana hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di sekolah menengah pertama Kecamatan Kepulauan Seribu Utara ?
4. Bagaimana kepala sekolah memberikan reward dan fushnisment terhadap guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara ?
5. Bagaimana cara kepala sekolah menjalankan tugasnya di sekolah, dalam posisinya sebagai leader, manajer, motivator, inovator dan educator?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dibatasi pada : “hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di sekolah menengah pertama Kecamatan Kepulauan Seribu Utara”
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala skolah di sekolah menengah pertama negeri Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
2. Untuk mengetahui kinerja guru di sekolah menengah pertama Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
3. Untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di sekolah menengah pertama Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
II. Landasan Teori
Ada dua macam teori yang akan dibahas sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu teori tentang kepemimpinan kepala sekolah dan teori tentang kinerja tenaga kependidikan dalam hal ini guru.
2.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Nanus dan Dobbs,
We also after our own definition : a leader of a non provit organization a person who marshals the people, capital and intlectual resources of the organization to move it in the right direction (pimpinan dalam organisasi non provit adalah seseorang yang membangkitkan orang, modal dan sumber daya intelektual dalam organisasi agar dapat bergerak lebih cepat). More precisely :
a. Marshaling resources means collecting them, focusing their attention and inspiring or empowering their use (menggerakkan manusia artinya engumpulkan mereka, memfokuskan perhatian, memberikan inspirasi, memberdayakan dan memanfaatkan mereka).
b. Moving in organization means organizing it, removing obstacles to progress, making the changes necessary to improve pervormeance and enabling it to learn and grow (menggerakkan organisasi berarti memberikan energi, membuang segala rintangan untuk maju, membuat perubahan yang diperlukan untuk memperbaiki kinera dan memungkinkan mereka untuk belajardan tumbuh).
c. The right direction in the one that makes the greatest possible contribution over the long term to society or to the particular clients or community that the organization was created to serve (arah yang tepat adalah sesuatu yang memungkinkan kontribusi besar dalam jangka panjang terhadap masyarakat, klien tertentu atau masyarakat yang menjadi target organisasi).
Jadi kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang lain, agar orang tersebut dapat melakukan segala perintah dan aturan yang telah dibuat untuk membangun serta mencapai tujuan organisasi.
Searah dengan Binney dan Wilke mengatakan bahwa :
a. To be effective, leaders have to connect with the people around them, people work for people (akan menjadi efektiv jika pempinan berhubungan dengan orang-orang sekitarnya, orang-orang yang bekerja untuk mereka)
b. Leaders could not transform their business environment, organizational culture and people dynmics in the way they hoped (pimpinan tidak dapat mentransformasikan lingkungan mereka, budaya dan orang-orang organisasinya serta mengelompokkan dinamika dengan cara mereka sendiri).
c. Leadership is not about knowing the answer, it is the capacity to release the collective intelegence and insight of groups and organization (kepeimpinan bukan merupakan sekedar mengetahui jawaban, namun kepemimpinan merupakan kapasitas menyampaikan intelegensi secara keseluruhan dan mencurahkan kelompok organisasi).
Maksud dari kutipan diatas adalah bahwa pemimpin membutuhkan keahlian dalam meningkatkan kinerja bawahannya, karena pimpinan sebagai manajer tidak hanya terbatas pada pengaturan konsep dan admnistrasi saja tetapi juga mengetahui bagaimana sebaiknya memberikan dukungan terhadap bawahannya agar kinerja bawahannya dapat lebih profesional dan qualified.
Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan menentukan citra dan nasib sekolah yang dipimpinnya tersebut. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern kepala sekolah perlumendapat perhatian khusus dan serius. Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha agar dapat mempengaruhi, mendorong, membimbing, memotivasi serta mengarahkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait, untuk bekerja dan berperan serta dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Singkatnya, bagaimana cara kepala sekolah untuk “membuat” orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah.
Sejalan dengan pendapat Mulyasa bahwa dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah harus mampu berfungsi sebagai Educator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leaders, Inovator, dan Motivator (EMASLIM). Untuk itu perlu dipahami dan dilaksanakan oleh kepala sekolah.
a. Kepala sekolah sebagai educator
Menurut Wahjosumidjo memahami arti pendidikan tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, sarana pendidik, dan bagaimana strategi pendidikan dilakukan. Untuk itu kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral dan artistik.
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah fungsinya sebagai educator khususnya dalam meningkatkan kinerja tenaga edukatif dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran
2) Kepala Sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi
3) Menggunakan waktu belajar secara efektiv di sekolah
b. Kepala Sekolah sebagai manajer
Kepala sekolah dilihat dari fungsinya sebagai manajer, manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Pernyataan ini menjelaskan bahwa dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer kepala sekolah harus mempunya strategi sebagai berikut:
1) Memberayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama
2) Memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya
3) Mendorong semua keterlibatan tenaga kependidikan
c. Kepala Sekolah sebagai administrator
Menurut Mulyasa kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi pendidikan yang meliputi penyusunan dan pencatatan dokumen seluruh program sekolah yang meliputi (a) kemampuan untuk mengelola kurikulum (b) mengelola administrasi peserta didik (c) mengelola administrasi personalia (d) mengelola adinistrasi sarana prasarana (e) mengelola administrasi kearsipan (f) dan mengelola administrasi keuangan.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor dapat diartikan sebagai tugas mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Segiovani dan Start menyatakan bahwa: “Supervision is a process desigened to help teacher and supervisior learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and ake the school a more affective learning community” (supervisi aalah proses yang dirancang secara khusus untuk membantu dalam mempelajari tugas, sehingga kemampuan dan pengetahuannya dapat digunakan untuk memberikan layanan yang lebih baik dan beupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektiv).
e. Kepala sekolah sebagai leader
Sebagai leader, kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan. Membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Menurut wahjosumidjo bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan kepengawasan.
Dalam implementasi, sebagai leader kepala sekolah ada tiga sifat kepeimpinan, yakni demokratis, laissez-faire atau otoriter. Ketiganya sering dimiliki secara bersamaan, sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya sifat-sifat tersebut akan muncul secara situasional.
f. Kepala sekolah sebagai inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan yang baru mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model yang inofatif.
Menurut Mulyasa kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator intinya harus dapat mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai macam pembaharuan di sekolah, sehingga akan banyak berbagai tantangan, banyak pembelajaran akan nampak dinamis, kreatif dan tidak menjenuhkan.
G. kepala sekolah sebagai motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Menurut Mulyasa, motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara afektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).
Motivasi dapat ditimbulkan melalui pengaturan fisik, pengaturan suasana kerja (non fisik), disiplin dan menerapkan prinsip penghargaan dan fushnisment secara efektif.
Dari berbagai pendapat dan teori-teori di atas dapat diartikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah suatu proses mempengaruhi segenap komponen pendidikan di sekolah dari mulai menentukan arah, mewujudkan visi dan misi melalui stratgei yang telah ditetapkan agar dapat encapai tujuan sekolah yang telah di tetapkan.
2.2 Kinerja
Sekolah sebagai lembaga formal adalah merupakan organisasi dengan kegiatan utama pendidikan, dimana sumber daya manusia dapat dikembangkan dengan lebih terarah sesuai dengan spesipikasi tertentu melalui proses belajar mengajar. Hal ini merupakan ciri khusus pada organisasi sekolah yang mebedakannya dari organisasi kerja yang lain, oleh karena itu proses belajar mengajar harus dikelola secara baik dan berdaya guna, agar sekolah dapat mencapai tujuannya. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu peran tenaga pendidikan sangat strategis, peran tenaga pendidikan dalam proses belajar mengajar di sekolah tidak dapat dipisahkan dari kinerja yang dimiliki oleh seorang pegawai.
Mitrani mengungkapkan bahwa kinerja sebagai pernyataan sejauh mana seseorang telah memainkan perannya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran-sasaran khusus yang berhubungan dengan peran perseorangan, atau dengan memperhatikan kompetensi-kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi apakah dalam suatu peranan tertentu atau yang lebih umum.
Mc Celland mendefinisikan kinerja sebagai cerminan dari keseluruhan cara seseorang dalam menetapkan tujuan prestasinya. Seorang guru yang baik bekerja dengan perencanaan-perencanaan yang matang sehingga tujuan yang direncanakan dapat di capai. Perbedaan kinerja antara seseorang yang lain suatu situasi kerja adalah karena perbedaan karakteristik dari individu. Pada dasarnya kinerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor individu dan faktor situasi.
Dari berbagai teori diatas dapat disintesiskan bahwa kinerja adalah sebuah perilaku kerja profesional seseorang yang sedang berada dalam sebuah wadah maupun luar organisasi dan dibuktikan dengan keseriusan bekerja. Pengaplikasian pada guru ada lah pembiasaan disiplin untuk datang tepat waktu bahkan sebelum waktu masuk sekolah tiba serta matangnya perencanaan strategi untuk mengajar di dalam kelas. Selain itu kepedulian duru terhadap kegiatan-kegiatan yang di adakan oleh sekolah maupun luar sekolah yang secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan prestasi sekolah tersebut.
III. Metode Penelitian
3.1 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Maka tujuan ini adalah untuk memperoleh gambaran nyata mengenai hubungan kepemimpinan dengan kinerja guru di sekolah menengah atas Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di sekolah menengah pertama Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (SMP N 133 jakarta, Jl. Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta 14530 ; SMP N 260 Jakarta, Jl. Pulau Kelapa Kelurahan Pulaun Kelapa Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta 14540). Pelaksanaan penelitian ini direncanakan mulai bulan desember 2009 sampai bulan februari 2010.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Penulis melakukan wawancara kepada populasi dan sample yang telah ditentukan serta observasi terhadap sekolah yang diteliti.
3.4 Unit Analisis
Unit yang dianalisis dalam penelitian ini adalah seluruh guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Dari 52 jumlah guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, penuis hanya mengambil 26 guru untuk dijadikan sample penelitian.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian angket kepada beberapa guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan hubungannya terhadap kinerja guru di sekolah menengah pertama Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
3.5.1 Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Definisi konseptual
Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha agar dapat mempengaruhi, mendorong, membimbing, memotivasi serta mengarahkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait, untuk bekerja dan berperan serta dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Singkatnya, bagaimana cara kepala sekolah untuk “membuat” orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah.
b. Definisi Operasional
Kepala sekolah adalah seseorang yang memiliki kekuasaan penuh terhadap lembaga pendidikan yang dibawahinya serta melakukan pekerjaan sesuai dengan job description yang telah ditetapkan dalam rencana kerja tanpa menyesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi di sekitarnya.
3.5.2 Variabel Kinerja
a. Definisi Konseptual
Kinerja sebagai pernyataan sejauh mana seseorang telah memainkan perannya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran-sasaran khusus yang berhubungan dengan peran perseorangan, atau dengan memperhatikan kompetensi-kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi apakah dalam suatu peranan tertentu atau yang lebih umum.
b. Definisi Operasional
Kinerja adalah perilaku profesional seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan sebuah reward sebanyak-banyaknya serta mengurangi potensi untuk mendapatkan fushnisment dari atasannya.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yag dilakukan dalam penelitian ini adalah dari 26 guru yang dijadikan sample penelitian, masing-masing diberikan angket untuk mengetahui presentase hubungan kepemimpinan kepala sekola terhadap kinerja guru. Adapun isi angket tersebut terdiri dari dua jenis pernyataan yaitu pernyataan mengenai kinerja dari pihak guru dan pernyataan mengenai kepemimpinan kepala sekolah dari pihak kepala sekolah, semua pernyataan itu diisi oleh 26 guru yang menjadi sample dalam penelitian ini. Di dalam angket tersebut terdapat masing-masing 34 butir pernyataan dari satu jenis per nyataan, jadi jumlah keseluruh pernyataan dari angket tersebut adalah 64 butir pernyataan. Selain pemberian angket, penulis juga melakukan observasi langsung ke sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara untuk mendapatkan data yang lebih akurat serta terbukti keabsahannya.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan Microsoft office Word dan Microsoft exel untuk penghitungan serta analisis data yang telah ditemukan. Selain itu, Penulis juga melakukan analisis dengan cara membandingkan sekolah yang diteliti dengan sekolah-sekolah lain yang memiliki sistem manajemen sekolah yang berbeda agar penarikan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini dapat lebih baik.
Senin, 07 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar